Dark/Light Mode

Sri Mulyani Bicara Krisis Ekonomi Dunia, Selamat Apa Kiamat...?

Minggu, 25 Agustus 2019 07:48 WIB
Menkeu Sri Mulyani Indrawati
Menkeu Sri Mulyani Indrawati

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah mulai was-was dengan resesi ekonomi dunia. Negara G20 sudah terkontraksi dengan resesi ekonomi. Jerman, Singapura, dan Argentina, sudah masuk dalam masa krisis. Pertanyaan yang penting, Indonesia bakal selamat atau kiamat?

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, resesi jadi momok menakutkan yang perlu diwaspadai oleh negara berkembang seperti Indonesia. 

Resesi itu menunjukkan ekonomi yang terkontraksi atau negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Nah, saat ini menurut Sri beberapa negara yang cukup penting di dunia sudah masuk kontraksi. 

“Ini jadi pusat kewaspadaan kita. Apalagi, Jerman, Singapura, negara Latin seperti Argentina sudah masuk dalam masa krisis. Kita harus perhatikan tantangan eksternal pelemahan ekonomi dunia terutama oleh beberapa zona tadi Amerika Latin, Eropa, China, dan bahkan kawasan Asia,” kata Ani, panggilan akrab Sri Mulyani. 

Baca juga : Ini Nama Korban Meninggal Dunia Gempa 6,9 SR Banten

Dia mengatakan, pelemahan ekonomi global itu mesti diantisipasi. Terutama, pelemahan dari beberapa negara di wilayah Asia, seperti Eropa dan Tiongkok, bahkan India yang jadi pasar negara berkembang. 

“Kondisi eksternal yang dinamis, baik dari sisi ekonomi, security, maupun politik harus menjadi suatu yang kita waspadai karena semuanya menjurus pada downside risk,’’ ucapnya. 

Di dalam negeri, kata Ani, juga ada risiko internal yang patut diwaspadai. Di antaranya, faktor temporer seperti terjadinya musim kering, faktor fundamental yang menyangkut kualitas SDM, infrastruktur, dan kemampuan pembiayaan usaha. 

“Kemenkeu, dengan pemangku kepentingan lainnya terus berupaya mengatasi tantangan ini. Salah satunya dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah,” tegas Ani. 

Baca juga : Dapat Manfaat Ekonomi, Belanda Siap Promosikan E-Cert

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menambahkan, pihaknya menyusun kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi makro ekonomi terkini. Beberapa kelonggaran pajak telah diberikan pemerintah. 

Diantaranya, percepatan restitusi pajak pertambahan nilai (PPN), pemberian tax holiday, dan pembebasan PPN sewa pesawat. Belum lagi, pemerintah berencana menurunkan tarif pajak penghasilan (PPh) badan dari 25 persen menjadi 20 persen. 

Ia menyebutkan, pendapatan negara pada 2020 akan ditopang kenaikan penerimaan perpajakan yang ditargetkan Rp 1.861,8 triliun atau naik 13,8 persen dari target 2019 sebanyak Rp 1.786,4 triliun. Defisit anggaran tahun depan diperkirakan 1,76 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) atau lebih rendah daripada outlook defisit anggaran 2019 sebanyak 1,93 persen terhadap PDB. 

“Kalau kita enggak suka ngutang dan ingin belanja tinggi, pendapatan harus tinggi. Kita harus fleksibel kalau perekonomian dunia tiba-tiba gawat betul. Penerimaan pajak ditargetkan naik 13 persen. Kalau itu diturunkan, berarti implikasinya defisit naik. Kalau belanja (negara) boleh turun, defisit bisa tetap,” ujar Suahasil. 

Baca juga : Triwulan II, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diramal Landai

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengaku sulit memprediksi, apakah Indonesia akan selamat dari resesi atau justru terkena demam dan ikutan sakit. 

“Kalau itu terjadi bahaya. Bisa kiamat ekonomi kita. Satusatunya harapan ya aliran modal asing. Kalau aliran modal asing masih besar, kita relatif aman,” ucapnya Wapres Jusuf Kalla (JK) sebelumnya mengingatkan Menko bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Sri Mulyani soal krisis ekonomi 10 tahunan. 

Menurut JK, krisis ekonomi 10 tahunan masih terjadi hingga sekarang. Bahkan siklus krisis ekonomi bisa saja terjadi di masa-masa mendatang. 

Ekonomi Indonesia sendiri pernah dilanda krisis. Pertama pada 1998 ketika itu terjadi krisis moneter yang cukup besar. Setelah berhasil bangkit, pada 2008 atau 10 tahun kemudian kembali dilanda krisis. Krisis ini terjadi karena terdampak dari ekonomi negeri Paman Sam dan jatuhnya harga komoditas. [NOV]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.