Dark/Light Mode

Bilang Teroris Ekonomi, China Nonjok Amerika

Jumat, 31 Mei 2019 08:32 WIB
Presiden AS Donald Trump (Foto: Istimewa)
Presiden AS Donald Trump (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bukan mereda, perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China malah semakin memanas. China yang hampir sebulan ini diam, akhirnya balas menonjok AS. Negeri Tirai Bambu itu menyebut AS sebagai teroris ekonomi.

Perang dagang kedua negara sedianya diwacanakan akan berakhir awal Mei lalu. Saat itu, kedua negara sudah melakukan pembicaraan intens di AS. Hanya saja negosiasi buntu. Kedua negara tak sepakat.

Sebelum pertemuan terakhir digelar, Presiden AS Donald Trump sudah melakukan serangan. Trump menaikkan kembali tarif bea masuk barang dari China. Dari 10 persen menjadi 25 persen atau senilai Rp 3.000 triliun. Sesuai dengan janji kampanyenya dulu.

Menanggapi serangan itu, China diam saja. Tak melawan balik. Padahal biasanya, China langsung melakukan balasan setimpal terhadap apa yang dilakukan AS. Seperti dilakukan setahun lalu. Setiap kali Trump menaikkan tarif bea masuk, China langsung membalas saat itu juga. Menaikkan tarif bea masuk dari AS.

Baca juga : Perkuat Ekonomi, Kadin Ajak Pengusaha Bersatu

Melihat China yang tak melawan, Trump merasa di atas angin. Kata dia, strateginya itu jitu. Menurut laporan yang diterimanya, serangannya itu sudah bikin ekonomi China sempoyongan. Trump pun meminta China menyerah saja. Hanya saja, China tak bereaksi.

Pekan lalu, Trump kembali melakukan serangan. Kali ini, dia melarang pemerintah membeli dan menggunakan jasa peralatan telekomunikasi Huawei. Tak hanya itu, Gedung Putih juga melarang perusahaan-perusahaan AS menjual komponen ke Huawei. Keputusan diberlakukan 19 Agustus mendatang. Jeda tersebut diharapkan bisa memberikan waktu bagi perusahaan untuk menyesuaikan diri.

Trump sangat yakin, serangan terakhirnya ini bisa memenangkan pertarungan. Namun, harapannya itu tampaknya belum akan terealisasi. Karena setelah lama diam, China balik membalas. Negeri Panda itu menuding Amerika sebagai teroris ekonomi.

Tudingan itu disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri China Zhang Hanhui saat menggelar konferensi pers terkait kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Rusia pekan depan. “Kami melawan perang dagang, tapi kami tidak takut. Hasutan yang terencana dari perang dagang ini jelas terorisme ekonomi, chauvinisme ekonomi dan intimidasi ekonomi,” kata Hanhui.

Baca juga : Investasi Ekonomi Digital Moncer

Hanhui menegaskan, perang dagang hanya akan bikin kedua negara merugi. “Tidak ada pemenang dalam perang dagang,” ujarnya. Hanhui menjelaskan, kunjungan Xi Jinping ke Rusia untuk menguatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan, sebab kedua negara punya kesamaan pandangan soal perang dagang.

Sampai saat ini, China memang melakukan balasan. Namun, media-media di China melaporkan bahwa Xi Jinping akan membalas perang dagang AS dengan membatasi ekspor rare earth. Rare earth adalah 17 elemen kimia yang digunakan dalam berbagai produk konsumen, mulai dari iPhone hingga motor mobil listrik, serta mesin jet militer, satelit, dan laser.

AS adalah salah satu negara yang banyak meng- gunakan mineral ini. Spekulasi tersebut muncul setelah pada pekan lalu, Xi Jinping mengunjungi tambang rare earth. Menurut ulasan CBS News, rare earth bukan hanya langka. Tapi juga mahal.

Nilainya dapat melambung akibat perang dagang menyebabkan kenaikan tajam dalam harga saham produsen, termasuk perusahaan tambang yang dikunjungi oleh Xi. China sejauh ini tidak secara eksplisit mengatakan akan membatasi penjualan rare earth ke AS.

Baca juga : Berdayakan Ekonomi, Pertamina RU VI Balongan Ajak Warga Budidayakan Cacing Afrika

Hanya saja, koran- koran di China menulis tajuk rencana yang berjudul “Amerika Serikat, jangan meremehkan kemampuan China untuk menyerang balik”. Surat kabar China People’s Daily misalnya, menyebut AS memiliki ketergantungan tinggi pada mineral rare earth dari China.

Kemungkinan balasan dari China itu sudah bikin Pentagon khawatir. Seorang jubir Pentagon pada Rabu lalu mengatakan, Departemen Pertahanan khawatir pembatasan mineral itu akan menyebabkan program peningkatan kemampuan produksi domestik. Hanya saja, Pentagon tidak merinci dampak tersebut. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.