Dark/Light Mode

Sri Mul Paparkan Peran ASEAN Wujudkan Net Zero Emission

Kamis, 30 Maret 2023 23:43 WIB
Menkeu Sri Mulyani dalam Forum ADB, di Nusa Dua, Bali, Kamis (30/3). (Foto: Hendrawan/RM)
Menkeu Sri Mulyani dalam Forum ADB, di Nusa Dua, Bali, Kamis (30/3). (Foto: Hendrawan/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, kawasan Asia Tenggara menjadi bagian penting dalam mewujudkan net zero emission. Pendanaan juga begitu penting dalam berkelanjutan bagi kawasan Asia Tenggara dalam forum Asian Development Bank (ADB).

"ASEAN sebagai sektor yang paling tumbuh cepat dengan salah satu populasi dengan luas wilayah terbesar di dunia memegang peranan penting untuk kurangi dampak climate change," kata Sri Mulyani, dalam Forum ADB, di Nusa Dua, Bali, Kamis (30/3).

Dia mengatakan, selama ini negara Asia banyak menggunakan bahan bakar fosil. Kontribusi bahan bakar fosil terhadap ekonomi ASEAN juga cukup besar sehingga untuk mengubahnya menjadi energi berkelanjutan butuh upaya besar.

Baca juga : Perpustakaan Perguruan Tinggi Dituntut Lakukan Inovasi Kelola Sumber Informasi

Kontribusi bahan bakar fosil dari negara kawasan ASEAN mencapai 75 persen dari total bauran energi. Sedangkan energi terbarukan hanya berkontribusi sebesar 2,2 persen. Untuk mencapai target dalam jangka panjang, harus ada investasi sebesar 27 miliar dolar AS setahun dari global financing. Padahal, pada kurun 2016-2021 global financing untuk sektor energi terbarukan hanya mencapai 8 miliar dolar AS setahun.

"Kita perlu long enough incentive untuk mempercepat pensiunnya batu bara dan mendorong pengganti energi yang lebih ramah," tegas Sri Mulyani.

Dia menegaskan, ketergantungan dengan energi fosil bukan bermaksud mengurangi konsumsi energi. Akan tetapi menggantinya dengan energi yang lebih ramah lingkungan secara bertahap. Apalagi dalam jangka panjang negara maju berkomitmen mematikan pembangkit listrik berbasis batu bara.

Baca juga : Usai Dokumen Perbaikan Prima Lengkap, KPU Lakukan Verifikasi Administrasi

"Energy sector menjadi langkah penting untuk mengatasi climate disaster," tegas dia.

Selama ini, tutur dia, banyak masalah dalam pembiayaan energi berkelanjutan. Seperti batasan akses ke pasar modal, kurangnya mobilisasi energi, policy paper serta mekanisme untuk melakukan transformasi program energi berkelanjutan agar sejalan dengan pembiayaan dari pelaku pasar (market fund).

"Institusi finansial harus mendukung pembiayaan hijau dan tantangan selanjutnya bagaimana global investment masuk ke dalam sektor dan program yang bisa kurangi emisi menuju net zero emission," jelas dia.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.