Dark/Light Mode

Perpustakaan Perguruan Tinggi Dituntut Lakukan Inovasi Kelola Sumber Informasi

Kamis, 30 Maret 2023 08:06 WIB
Webinar Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia Tahun 2023 dengan tema, Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, Solusi Cerdas Pemulihan Ekonomi Masyarakat Pasca Pandemi Covid-19, Rabu (29/3). (Foto: Perpusnas)
Webinar Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia Tahun 2023 dengan tema, Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, Solusi Cerdas Pemulihan Ekonomi Masyarakat Pasca Pandemi Covid-19, Rabu (29/3). (Foto: Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Transformasi perpustakaan perguruan tinggi berbasis inklusi sosial adalah upaya perpustakaan menjadi lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan serta aspirasi seluruh anggota masyarakat perguruan tinggi.

“Inklusi sosial dalam konteks perpustakaan perguruan tinggi mengacu pada upaya memastikan bahwa semua orang, tanpa terkecuali, dapat mengakses dan memanfaatkan sumber daya perpustakaan dengan mudah dan merasa nyaman,” ucap Ketua Umum Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI), Mariyah, dalam Webinar Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia Tahun 2023 dengan tema “Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, Solusi Cerdas Pemulihan Ekonomi Masyarakat Pasca Pandemi Covid-19”, Rabu (29/3).

Perpustakaan perguruan tinggi dituntut mampu melakukan inovasi dalam mengelola sumber daya informasi yang tersedia di dalamnya dengan menggunakan teknologi dan metode baru guna meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan aksesibilitas layanan perpustakaan. Sehingga mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Dosen Universitas Padjadjaran Wina Erwina menyampaikan, perpustakaan perguruan tinggi memiliki ciri khas tersendiri karena masyarakat yang dilayani ialah masyarakat ilmiah dengan karakteristik khusus. Sebuah perpustakaan memiliki fungsi yang sangat beragam, begitu pula dengan perguruan tinggi yang melakukan penguatan di bidang pendidikan dan riset.

Wina mengatakan, ada sinergi yang dilakukan antara perpustakaan perguruan tinggi dan institusi tempatnya bekerja. Hal ini dikarenakan banyaknya perubahan pendekatan yang dilakukan Perpustakaan Universitas Padjajaran, yang kali ini pendekatan dilakukan pada teknologi informasi.

Baca juga : Nggak Patuh, Sanksi Menanti

“Ada banyak perubahan yang harus kita adaptasi untuk bisa menyesuaikan dengan gaya dan kebutuhan yang diminta oleh pengguna atau permustaka kita. Saya sering memposisikan pemustaka itu sebagai customer jadi tidak ada excuse, kita harus benar-benar memposisikan mereka sebagai raja dan ratu,” ungkapnya.

Wina menambahkan, sebagai pusat pengetahuan, perpustakaan berfungsi untuk membagikan pengetahuan kepada yang membutuhkan dan menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat. Dengan dukungan Rektor Universitas Padjajaran, pihaknya berhasil membangun Teater Pengetahuan yakni sebuah wadah untuk seluruh karya hasil temuan pengetahuan dengan format yang lebih popular. Tujuannya tidak hanya agar dapat dimanfaatkan oleh para civitas akademika sama, melainkan juga masyarakat.

“Hasil riset yang awalnya berbentuk sebuah artikel untuk kemudian masuk menjadi jurnal, dialih bentuk menjadi infografis dan ada juga yang berbentuk video, sehingga memberikan kemudahan pemahamanan terhadap siapapun yang tidak berada dalam kajian ilmu tersebut. Itulah yang menjadi target bahwa kebermanfaatan perpustakaan perguruan tinggi dirasakan juga oleh yang bukan masyarakat ilmiah. Namun, dalam hal ini, pustakawan tidak bisa bekerja sendiri, harus berkolaborasi dengan banyak profesi lainnya,” jelasnya.

Hal tersebut sejalan dengan yang diharapkan Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando agar seluruh perguruan tinggi di Indonesia mampu mengalih bentuk disertasi dari hasil penelitian yang dilakukan menjadi bentuk yang sederhana dan relevan bagi masyarakat. Pada webinar itu, Syarif juga mengupas sebuah buku berjudul Revolusi Cara Belajar Bagian II Sekolah Masa Depan (The Learning Revolution karya Gordon Dryden & Dr. Jeanette Vos).

Buku tersebut berisi tentang kritik yang dilayangkan terhadap kualitas pendidikan di Amerika dan Inggris. Pertama tentang penyelenggaraan pendidikan dengan sistem seperti pada 50 tahun lalu, belum ada internet. Kedua tentang sebanyak 50 persen mahasiswa di Amerika tidak memiliki pengetahuan yang mendalam akan keahlian yang dibutuhkan untuk bekerja, sehingga para pengelola pendidikan diminta untuk merenung dan berduka atas kejadian tersebut. Ketiga, 40 persen alumni perguruan tinggi di Inggris tidak siap untuk dipekerjakan oleh perusahaan.

Baca juga : PBNU Dukung Mahfud Lakukan Gebrakan Dahsyat Pemberantasan Korupsi

“Saya tidak berani mendefinisikan tentang bagaimana keadaan yang ada di Indonesia karena saya bukan dari perguruan tinggi. Tapi, ini adalah tantangan betapa kita harus merubah paradigma perguruan tinggi untuk bergelut dengan ilmu pengetahuan. Jadi tidak hanya sekedar lulus mata pelajaran dan SKS dan lain sebagainya,” ujarnya.

Kepala Subdirektorat Pelayanan Hukum dan LMK Direktorat Hak Cipta dan Desain Industri Kementerian Hukum dan HAM (KemenkumHAM) Agung Damar Sasongko, yang hadir mewakili Plt Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkumham Razilu, menjelaskan bahwa lingkup perlindungan hak cipta meliputi seni, sastra, dan ilmu pengetahuan yang mencakup buku, karya tulis, pidato, sinematografi, musik/lagu, program komputer, permainan, seni rupa, fotografi, dan lainnya.

Hak cipta melindungi ekspresi dari ide yang telah berbentuk nyata dan perlindungan hak cipta bersifat otomatis saat ide tersebut diwujudkan. Selain itu, Agung menambahkan, perpustakaan memiliki hak pengecualian untuk membuat salinan ciptaan tanpa ijin pencipta atau pemegang hak cipta, selama tidak untuk tujuan komersial melainkan untuk tujuan pendidikan dan penelitian dan penggandaan dilakukan dalam jumlah wajar.

“Peraturan ini akan dilakukan pengembangan oleh Kemenkumham, khususnya batasan untuk jumlah yang wajarnya itu berapa,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi (PSMPT) Perpusnas, Nurcahyono mengumumkan, di 2023, Perpusnas akan mengadakan Lomba Best Practice Perpustakaan Perguruan Tinggi yang dapat diikuti oleh para pustakawan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia. Lomba ini diadakan atas dasar inovasi layanan, kepuasan pengguna, eksplorasi potensi diri pustakawan, dan prestasi perguruan tinggi.

Baca juga : Pemerintah Diminta Jadikan Keamanan Dan Ketahanan Siber Sebagai Program Nasional

Sedangkan pada 2024, Perpusnas sedang dalam tahap perancangan untuk menyelenggarakan Kompetisi Literasi Perpustakaan Perguruan Tinggi. Kompetisi ini berlandaskan dukungan Perpusnas terhadap Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

“Perpusnas melalui Pusat PSMPT ingin membentuk masyarakat yang literat, masyarakat yang mampu menyelesaikan masalah pribadi dan juga diharapkan mampu menyelesaikan masalah bangsa Indonesia ke depannya. Untuk itu, kami selalu berupaya untuk melakukan kegiatan berbentuk advokasi, provokasi, dan edukasi kepada mereka,” terangnya.

Terkait Lomba Best Practice Perpustakaan Perguruan Tinggi tersebut, Anggota Komisi Pengembangan Perpustakaan dan SDM FPPTI Novy Diana Fauzie mencontohkan, beberapa inovasi yang sekiranya dapat menjadi referensi antara lain perpustakaan digital, perpustakaan bergerak, perpustakaan terbuka, layanan referensi digital, sistem manajemen perpustakaan, sistem buku elektronik interaktif, layanan perpustakaan berbasis chatbot, dan program pengembangan literasi informasi.

Untuk semakin memudahkan pemustaka di SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi dalam mendapatkan konten digital perpustakaan, Ketua Sub Kelompok Kerja Pendataan Nomor Pokok Perpustakaan Perpustakaan Tinggi Perpusnas Mohamad Indra Riawan memaparkan, Perpusnas telah menghadirkan aplikasi BintangPusnas Edu yang dapat diunduh melalui Playstore, Appstore, dan tautan https://bintangpusnas.perpusnas.go.id/.

Anggota Komisi Pengembangan Teknologi Informasi Perpustakaan FPPTI Sony Pawoko membagikan pengalamannya atas aplikasi ini. Aplikasi BintangPusnas Edu tersedia dalam berbagai platform, instalasinya sangat mudah dan cepat, proses registrasinya juga mudah karena data yang diisi tidak banyak, fitur yang disediakan ada cukup banyak dan memudahkan pengguna, serta dalam hal koleksi, jumlahnya banyak dan berasal dari berbagai jenis subjek.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.