Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Di tengah lesunya dan ketidakpastian ekonomi dunia, ekonomi Indonesia pada semeter I tumbuh 5,6 persen (year on year/yoy).
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kondisi global saat ini dipengaruhi oleh munculnya pusat krisis baru dan adanya tekanan perdagangan internasional. Pusat krisis baruyang muncul antara lain, akibat naiknya tensi politik di Jepang-Korea, Argentina, dan Hong Kong, pembalikan kurva imbal hasil Amerika Serikat (AS), serta perang dagang AS-China yang berkembang menjadi Currency War.
Baca juga : Semester I, PGN Raup Pendapatan Rp 25,4 Triliun
“Kondisi-kondisi ini menyebabkan sumber risiko global makin meluas dan meningkat,” ujarnya dalam keterangannya, Senin (26/8).
Di dalam negeri, kata dia, Bank Indonesia (BI) sudah merespons dengan menurunkan BI 7-Days (Reverse) Repo Rate sebanyak 2 kali. Langkah ini diharapkan efektif untuk menekan pengaruh global kepada ekonomi domestik.
Baca juga : Penjualan Eceran Juni Turun 1,8 Persen
Pada Semester I, pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh kuatnya konsumsi dan kebijakan countercyclical belanja pemerintah. Stabilitas ekonomi Indonesia tetap terjaga dengan laju inflasi pada Juli 2019 sebesar 3,32 persen, dengan nilai tukar rupiah yang relatif stabil. Kondisi ini diyakini akan menjaga tingkat konsumsi masyarakat dan mendukung stabilitas ekonomi.
Di sisi lain, pernyataan Presiden Trump untuk kembali melakukan kenaikan tarif impor barang dari China, serta pernyataannya terkait the FED, memberi sentimen negatif di pasar global. Hal ini tergambar pada kenaikan indeks volatilitas secara signifikan.
Baca juga : Kementan Siap Tumbuhkan Eksportir Milenial
Selain itu, kebijakan dovish dari the Fed serta kebijakan pemberian stimulus ekonomi dari ECB, telah membuka ruang untuk mengalirnya modal ke emerging market, termasuk Indonesia. “Kondisi ini memberi dukungan untuk penguatan nilai Rupiah. Demikian disampaikan dalam publikasi APBN Kita edisi Agustus 2019,” tukasnya. [DIT]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya