Dark/Light Mode

Atasi Defisit Ekspor, Enggar Kebut Perjanjian Dagang Dengan 16 Negara

Kamis, 5 September 2019 08:44 WIB
Mendag Enggartiasto Lukita
Mendag Enggartiasto Lukita

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mempercepat perjanjian kerja sama perdagangan dengan negara-negara potensial. Upaya itu dilakukan untuk mengatasi masalah defisit ekspor tahun ini.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menerangkan, perjanjian dagang ini untuk meningkatkan kinerja ekspor dan investasi. Kolaborasi dagang secara eksklusif dengan negara potensial ini juga bakal menambah akses pasar. 

“Negosiasi untuk mewujudkan Kemitraan Ekonomi Comprehensif Regional (RCEP) yang melibatkan 16 negara terus dilakukan. Kolaborasi dagang ini telah disepakati para kepala negara agar bisa rampung pada tahun ini,” kata Enggar di Jakarta, kemarin. 

Ia menyebut, tiga perjanjian dagang ditargetkan rampung ditandatangani hingga akhir 2019. Tiga perjanjian tersebut, yakni Kemitraan Ekonomi Komprehensif Kawasan (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea Selatan (IK-CEPA), dan IndonesiaTaiwan Economic Cooperation Framework Agreement (IT-ECA). 

Baca juga : Sampai Juli 2019, Surplus Ekspor Pertanian Capai Rp 61 T

Namun begitu, Enggar mengatakan, ada beberapa tantangan dalam mencapai kesepakatan perjanjian RCEP yang beranggotakan 10 negara ASEAN, ditambah enam mitra perdagangan bebas ASEAN. Yakni India, China, Jepang, Korsel, Australia, dan Selandia Baru. Salah satunya adalah kesepakatan dalam butir-butir perjanjian yang perlu ditetapkan secara terperinci. 

“Titik komanya, shall and should harus jelas, karena bisa membuat perdebatan antar negara. Apalagi Indonesia sebagai country coordinator dan sebagai chief negotiator,” ujarnya. 

Melalui perjanjian dagang, Indonesia mengincar market access lebih dari 80 persen dari total di dunia. 

“Kita dengan RCEP sukses saja itu sudah 45 persen dari total populasi dunia. Targetnya, bisa sampai 80 persen,” ujarnya. 

Baca juga : Atasi Defisit APBN, Menkeu Tawarkan Jurus Bilateral Di Paripurna DPR

Tim teknis RCEP diharapkan dapat menyelesaikan perundingan semua akses pasar dan teks perjanjian di seluruh bidang perundingan yang penyelesaiannya bakal diumumkan pada KTT RCEP ke-3 pada November 2019 di Bangkok, Thailand. 

Penyelesaian RCEP, kata ¬Enggar, sangat penting. Apalagi dengan semakin maraknya tekanan-tekanan perdagangan akhir-akhir ini. 

Menurut Enggar, sebagai Koordinator Negara Perundingan RCEP, Indonesia berkomitmen mengajak seluruh negara peserta RCEP secara kolektif mendorong penyelesaian perundingan RCEP sesuai target. Penyelesaian perundingan tanpa ada penundaan lagi merupakan tanggung jawab bersama 16 negara peserta. 

“Dengan begitu kita bisa bebas, bisa pilih. Kalau terpaku pada satu atau dua perjanjian saja, kalsu terjadi sesuatu kita susah,” ungkap Enggar. 

Baca juga : Pansel Capim KPK Disebut "Main Mata" dengan Polri, Hendardi: EGP!

Di luar itu, Kemendag juga tengah fokus merampungkan 14 perjanjian dagang baru yang ditargetkan bisa rampung sepenuhnya pada 2020-2021. Dua di antaranya, yakni perjanjian dagang IndonesiaKorea Selatan dan IndonesiaTaiwan dipastikan rampung tahun ini. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.