Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Kata Lionel Messi Usai Argentina Keok Di Laga Perdana Olimpiade
- Argentina Vs Irak, Tim Tango Dilarang Mengeluh
- Ini Penjelasan RSCM Soal 60 Anak Yang Jalani Cuci Darah
- Gempa Terkini M 3,9 Guncang Kuningan, Getaran Terasa Hingga Ciamis dan Banjar
- KCIC Tambah Jumlah Perjalanan Whoosh Jadi 62 Per Hari Tahun Depan
Uang Negara Habis Dipakai Rapat Dan Perjalanan Dinas
Belanja Pemda Dan Instansi Kudu Diawasi Ekstra Ketat
Minggu, 18 Juni 2023 06:45 WIB
![Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) mengikuti rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (12/6/2023). Rapat kerja tersebut membahas pengantar Rencana Kerja Anggaran (RKA) kementerian atau lembaga tahun 2024. (Foto: Dwi Pambudo/RM) Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) mengikuti rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (12/6/2023). Rapat kerja tersebut membahas pengantar Rencana Kerja Anggaran (RKA) kementerian atau lembaga tahun 2024. (Foto: Dwi Pambudo/RM)](https://rm.id/images/img_bg/img-750x390.jpg)
RM.id Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi kesal masih ada Kementerian/Lembaga (K/L) hingga Pemerintah Daerah (Pemda) yang tidak optimal dan tak produktif membelanjakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Untuk mengatasi itu, dibutuhkan pengawasan ketat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pengawasan ekstra ketat akan menjadi prioritasnya ke depan.
Menurut wanita yang akrab disapa Ani itu, Jokowi meminta supaya percepatan penurunan kemiskinan ekstrem dan stunting harus segera dilakukan, dengan memanfaatkan dana yang sudah dialokasikan di APBN secara optimal dan produktif.
Baca juga : Waka BPIP: Agama Dan Pancasila Satu Kesatuan
“Beliau concern bahwa APBN dan APBD jangan sampai habis dipakai belanja-belanja, bukan untuk mengurangi kemiskinan ekstrem dan stunting. Untuk itu, kami sedang perbaiki intervensi kebijakannya, rule-nya, maupun implementasinya,” jelas Ani.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, jika terlalu banyak anggaran birokrasi yang tidak relevan dengan program, efeknya akan terjadi pemborosan anggaran. Sementara uangnya dari pajak dan penambahan utang baru.
“Artinya, utang naik signifikan tapi belanja Pemda dan Kementerian/Lembaga tidak berkualitas. Ini akan jadi beban besar bagi APBN. Bunga utang terus dibayar tapi produktivitas ekonomi nggak dirasakan,” kata Bhima kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Baca juga : Jateng Tingkatkan Kerja Sama Dengan Tiongkok, Ganjar Siapkan 10 Ribu Tenaga Kerja
Menurutnya, kalau model belanja tidak produktif ini terus dipertahankan, akan menjadi pemborosan dan memunculkan ekonomi biaya tinggi.
Karena pajak yang dibayar oleh pengusaha, karyawan hingga masyarakat akan terpakai untuk belanja yang tidak produktif. Akibatnya, bisa menurunkan kualitas ekonomi nasional.
Efek lainnya, akan memunculkan korupsi, mark-up anggaran sampai proyek dan anggaran fiktif. Karena banyak anggaran dipakai untuk program yang tidak jelas.
Baca juga : Banyak Yang Kuasai Aset Daerah, KPK Minta Pemda Tertibkan Mantan Pejabat
“Ini juga menyebabkan anggaran untuk stimulus pelaku usaha hingga bantuan sosial (bansos) makin berkurang. Padahal, program tersebut bagus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” tegas Bhima.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya