Dark/Light Mode

Ikut Konferensi CFA, Pertamina Beberin Jurus Capai Net Zero Emission

Sabtu, 8 Juli 2023 10:39 WIB
CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro menjadi narasumber pada acara CFA Society Indonesia 20th Anniversary Conference Indonesia’s Transition Towards Net Zero yang diselenggarakan di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (6/7). (Foto: Ist)
CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro menjadi narasumber pada acara CFA Society Indonesia 20th Anniversary Conference Indonesia’s Transition Towards Net Zero yang diselenggarakan di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (6/7). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam rangka perayaan 20 tahun berdirinya Chartered Financial Analyst (CFA) Society Indonesia, Pertamina menghadiri konferensi serta menjadi salah satu panelis dalam acara tersebut yang diselenggarakan di Le Meridien Hotel Jakarta, Kamis (6/7).

CFA Society Indonesia adalah organisasi profesional nirlaba global yang menyediakan pendidikan keuangan bagi para profesional investasi. Lembaga ini bertujuan untuk mempromosikan standar dalam etika, pendidikan, dan keunggulan profesional dalam industri layanan investasi global. 

Ketua CFA Society Indonesia sekaligus Wakil Menteri BUMN 1 Pahala N. Mansury mengungkapkan konferensi ini bertema “Indonesia’s Transition towards Net Zero”. Tema diangkat mengingat Indonesia dalam masa transisi menuju target pengurangan emisi Green House Gas (GHG) sebesar 29 persen tanpa syarat dan sebesar 41 persen dengan syarat. Indonesia juga telah berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission paling lambat pada 2060.

“Saat ini transisi Indonesia menuju Net Zero Emission menjadi topik hangat karena Indonesia berambisi untuk mencapai pengurangan emisi sampai 32 persen pada 2030. Untuk menjawab tantangan yang ada sektor yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah sektor finance atau keuangan dimana kita harus mencari cara yang kreatif untuk bisa mewujudkan target yang akan kita capai melalui keuangan yang lebih baik. Topik kedua yang akan kita bicarakan hari ini adalah mengenai bagaimana Indonesia mengembangkan market karbon” ujarnya. 

Baca juga : Keren, Awak Kabin Garuda Indonesia Raih Predikat Terbaik Di Dunia

Pahala ingin agar sektor publik dan swasta bekerja sama dalam mencapai Net Zero Emission untuk Indonesia. CFA Society Indonesia memiliki peran advokasi dalam memberi masukan untuk mendorong kebijakan menerapkan praktik yang diharapkan. 

“Target kita paling utama dalam seminar ini adalah mensosialisasikan dan juga supaya semakin banyak distribusi emiten maupun fund-fund dalam hal disclosure terkait mengenai ESG,” katanya.

Wakil Menteri Kementerian Lingkungan Hidup Alue Dahong mengatakan, sektor energi menjadi kontributor terbesar dalam emisi karbon. Untuk itu, jika tidak melakukan penurunan emisi dengan melakukan efisiensi energi dan transformasi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan maka Indonesia tidak akan mecapai Net Zero Emission pada 2060. 

“Ada misleading bahwa emisi hanya dilakukan oleh pemerintah semata, tentu tidak. Emisi dan target bauran emisi dilakukan di semua sektor termasuk energi. Penurunan emisi ini ada yang dilakukan oleh pemerintah ada yang dilakukan oleh partners,” katanya.  

Baca juga : Gandeng Sekolah Adiwiyata, Pertamina Ajak Generasi Muda Pakai EBT

Sementara Direktur Utama Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), Dannif Danusaputro menjelaskan, bagaimana Pertamina bergerak maju dalam transisi energi sambil tetap memastikan ketahanan energi bagi Indonesia melalui aspirasi Net Zero Emission pada 2060.

Pertamina memiliki dua inisiatif untuk mencapai Net Zero Emission yaitu dekarbonisasi bisnis dan membangun bisnis baru. 

“Inisiatif dekarbonisasi antara lain dengan efisiensi energi, pembangkit listrik berbasis energi hijau, pemanfaatan kendaraan listrik, CCS/CCUS internal, bahan bakar rendah emisi. Inisiatif yang kedua adalah membangun bisnis baru yang meliputi pengembangan energi terbarukan, EV charging dan battery swap, natural based solutions, pengembangan hidrogen Biru/Hijau, pembangunan ekosistem baterai dan EV, Biofuel, CCS/ CCUS terintegrasi, dan bisnis pasar karbon,” ujarnya.

Pertamina NRE memiliki 3 pilar strategis. Pertama solusi karbon rendah seperti gas to power, serta dekarbonisasi melalui konservasi energi dan NBS. Kedua, pengembangan energi terbarukan seperti energi panas bumi, energi surya, biogas, angin, dan pasang surut air laut. Dan ketiga adalah pembangunan bisnis baru di sektor energi seperti baterai dan ekosistem kendaraan listrik, bisnis karbon, serta hidrogen bersih.

Baca juga : Perjalanan Pertamina Mencari Energi Hingga Ke Gurun Sahara

“Membangun portofolio bisnis energi bersih adalah fokus utama Pertamina NRE untuk bergerak maju, untuk mendukung dekarbonisasi yang menjadi tujuan Pertamina, Indonesia dan global.  Aset operasi dan project pipeline pembangkitan listrik Pertamina NRE saat ini mencapai 4,5 GW dengan Potensi Tambahan Kapasitas di Masa Depan,” tutupnya. 

VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menyampaikan, Pertamina terus mendorong pengembangan bisnis green energy di seluruh lini usahanya. 

Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.