Dark/Light Mode

Persaingan Tarik Industri Manufaktur Gila-gilaan

Rebut Investor Pake Sistem Jemput Bola

Jumat, 18 Oktober 2019 10:22 WIB
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal  Thomas Lembong
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong

RM.id  Rakyat Merdeka - Beragam kemudahan regulasi sudah digulirkan pemerintah. Namun, capaian pertumbuhan investasi di Indonesia ternyata belum bisa maksimal.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan, agar makin maksimal, Indonesia harus ‘jemput bola’ untuk menarik investasi dari luar. 

“Kita harus jemput bola, terutama untuk menarik investasi di sektor manufaktur yang membutuhkan upaya lebih,” kata Lembong di forum diskusi di Trade Expo Indonesia, ICE BSD, Tangerang, Banten, kemarin. 

Menurut Lembong, tanpa langkah jemput bola dalam menarik investasi, Indonesia bakal ter tinggal dengan negara tetangga lainnya, seperti Malaysia, Thailand hingga Vietnam. Pasalnya, mereka sedang giat-giatnya menarik investor ke negara mereka. 

Baca juga : Paruh Tahun, Industri Mamin Tumbuh 7,4 Persen

“Memang investasi di sektor manufaktur itu rebutannya banyak sekali. Jadi Vietnam, Thailand, Malaysia, India, Bangladesh, itu rebutannya gila-gilaan,” kata Lembong. 

Meski begitu, diakui mantan Menteri Perdagangan ini, Indonesia sudah banyak berbenah untuk meningkatkan aspek utama yang bisa menarik investasi lebih banyak. Dia bilang, pemerintah juga terus melihat potensi peningkatan sektor industri dari investasi asing. 
Beragam kemudahan regulasi digulirkan dan ketersediaan fasilitas infrastruktur penunjang juga diperkuat. Lembong mengklaim, langkah jemput bola juga sudah mulai dijalankan BKPM. 

Pihaknya bekerja sama dengan se jumlah kementerian mengirimkan delegasi bisnis untuk bertemu investor di luar negeri. 

“Kami pererat kerja sama dengan Kementerian Perindustrian, bikin satu delegasi ke China untuk bertemu dengan industri meubel dan produk kayu. Untuk manufaktur kita harus jemput bola, harus dikawal sampai ke ujung,” kata Lembong. 

Baca juga : Indonesia Kenapa Masih Jual Mahal?

Ia juga memaparkan pencapaian kinerja lembaganya di periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi dinilai berada pada jalur positif. Meski demikian, Lembong mengakui, kalau masih banyak rencana kerja yang belum memenuhi target. 

“Beberapa waktu ini, saya banyak renungi prestasi pencapaian lima tahun kami yang cukup positif. Tapi, memang masih ada kegagalan, kekeliruan, PR (pekerjaan rumah) yang tentunya tidak sedikit, mengingat lima tahun terakhir kondisi global cukup sulit. Saya sebenarnya cukup puas. Yah, lumayanlah dengan prestasi-prestasi kita,” ujarnya.

Dilanjutkannya, tantangan untuk pengembangan industri ke depan, khususnya home industry di Indonesia adalah ketersediaan pasokan bahan baku dari industri hulu. “Industri padat modal di hulu jadi basis dari home industry itu cenderung investasi besar. Skala ekonomi sangat penting. Kementerian Perindustrian investasi di petrokimia itu sekali tanam Rp 50 triliun. Tentu mengawal investasi mega proyek seperti itu merupakan tan tangan tersendiri. Tapi sekali jadi itu akan menjadi basis semua cabang pohon industri,” ungkap Lembong. 

Karena itu, pengawalan dari pemerintah serta kepastian hukum, perlu diberikan agar ada dapat memberikan kondisi nyaman kepada investor. 

Baca juga : Pegadaian Bagikan Masker dan Susu untuk Korban Asap Sumatera

“Investor yang akan mengambil risiko puluhan triliun benarbenar memerlukan kepastian hukum, kawalan dari awal sampai akhir,” tegasnya. 

Lembong berharap, di periode pemerintahan Jokowi jilid II, beragam kemudahan regulasi dan ketersediaan fasilitas infrastruktur penunjang makin diperkuat. [NOV]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.