Dark/Light Mode

Energy Watch Dukung Tekad Prabowo Subianto Kembangkan Energi Terbarukan

Jumat, 8 Maret 2024 18:55 WIB
Prabowo Subianto (Foto: Ist)
Prabowo Subianto (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arangga Radiandra mendukung rencana dan tekad Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk menyetop impor bahan bakar minyak (BBM) dengan mengembangkan green energy atau energi baru dan terbarukan.

Menurutnya, Indonesia mempunyai resources yang cukup untuk menutupi kekurangan kebutuhan minyak mentah dalam negeri.

Sehingga secara perlahan, diganti dengan energi alternatif bersumber dari energi terbarukan, seperti singkong, tebu, sawit yang tumbuh subur di Indonesia sehingga dapat meminimalisir impor BBM.

“Kalau dibilang memungkinkan, kami dari Energy Watch melihat mungkin tapi kita perlu lihat lagi ya total nilai impor BBM saat ini itu di kisaran di atas 30 juta kilo liter per tahun itu nilai impor total, sebanyak itu ya per tahun yang memang kita perlu tanggung,” ujar Daymas, Jumat (8/3/2024).

“Dan kalau kita berbicara minyak mentah ini saat ini kita masih kekurangan sekitar 1 juta barel oil per day yang perlu kita tanggung jawab supaya tidak sama sekali impor kalau dibilang mungkin,” sambungnya.

Baca juga : Dukung EBT, PLN Siap Jalankan Permen ESDM Terkait PLTS Atap

Dikatakan Daymas, untuk menutup keran impor BBM, maka pemerintah perlu menyiapkan strategi memperluas resources untuk dijadikan sebagai alternatif untuk BBM.

Secara jangka pendek, kata Daymas, pemerintah melalui Pertamina perlu menggenjot produksi minyak nasional untuk mengejar target konsumsi kebutuhan harian minyak yang mencapai 1 juta barel per hari.

“Jadi pasti harus kalau misalnya dibilang kita akan menyetop impor ada mitigasi-mitigasi yang dilakukan salah satu misalnya menambah kegiatan eksplorasi migas yang akhirnya itu bisa menambah jumlah produksi harian dengan target kekurangan satu juta barel per harinya,” ucapnya.

Daymas melanjutkan, alternatif lainnya pemerintah juga menggenjot hasil produksi komoditas singkong, tebu dan jagung sebagai bahan produksi bahan bakar etanol yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

“Lalu alternatif lain selain kita menambah jumlah produksi pasti kita juga mencari alternatif energi alternatif salah satunya biodiesel yang menggunakan minyak sawit ataupun bioavtur yang kemarin juga menggunakan kelapa lalu kita juga berbicara terkait etanol yang bisa menggunakan tebu, singkong, jagung ataupun materi-materi yang lain,” paparnya.

Baca juga : Indonesia Kembangkan Ternak Sapi Di 3 Daerah

Daymas optimistis, impor BBM yang membebani neraca keuangan negara secara bertahan dapat dikurangi bahkan dihentikan.

Dia mencontohkan penerapan pemakaian BBM Biodiesel 35 persen (B35) menyusul keberhasilan program B30 sebagai langkah pemerintah mengurangi impor minyak serta menghemat devisa negara, yakni penggunaan sawit 35 persen sementara 65 persennya dicampur BBM.

“Pada awalnya yang hanya 2,5 persen, 3 persen, 5 persen sampai akhirnya hari ini menuju 40 persen di mana di komersialisasinya ada di B35 ya kita rasakan saat ini dari biosolar,” katanya.

Untuk penggunaan etanol secara maksimal, lanjut Daymas, perlu melihat keseriusan dan peta jalan dari pemerintah menuju ke arah penghentian impor kebijakan atau programnya seperti apa.

“Ini kan B35 perlu waktu ya lebih sekitar 10 tahun kita bisa mencapai dari yang tidak dicampur sampai sekarang campurannya sudah 35 persen menuju 40 persen itu yang perlu kita lihat bagaimana nanti peta jalannya,” ungkapnya.

Baca juga : Heikal Safar: Prabowo Layak Dapat Pangkat Jenderal TNI Kehormatan

Selain itu, langkah penghentian impor BBM juga dapat dilakukan ketika masyarakat sudah beralih dari penggunaan kendaraan menggunakan bahan bakar fosil beralih ke kendaraan listrik baik kendaraan roda dua maupun roda empat.

“Ya itu sangat bergantung bagaimana pemerintah saat ini juga mencoba mengurai dengan elektrifikasi kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat yang perlu didorong lagi bagaimana terjadi percepatan supaya ketergantungan itu bisa berkurang,” tukas Daymas.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.