Dark/Light Mode

Meraih Berkah Bulan Sya`ban (8)

Meningkat Dari Tahmid ke Syukur

Selasa, 20 Februari 2024 05:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Tahmid tidak identik dengan sukur. Semua syukur adalah tahmid, namun tidak semua tahmid adalah syukur. Tahmid hanya salahsatu bagian kecil dari syukur. Meskipun dalam pembahasan lebih mendalam nanti ada ulama meng­anggap justru tahmid lebih laus daripada syukur (akan dibahas secara tersendiri).

Baca juga : Meningkat Dari Shabir ke Mashabir Dan Shabur

Tahmid secara populer diartikan sebagai ungkapan spontanitas seseorang yang baru saja merasakan nikmat dan karunia Allah SWT ­dengan meng­ucapkan lafadz ­Al-hamdulillah. Kata ini ber­asal dari akar kata hamida-yah­madu ber­arti memuji atau menyanjung, yakni memuji kepada Allah SWT. Tahmid lebih merupakan reaksi batin yang diungkapkan oleh mulut. Pengucapannya sering ber­ulang-ulang dan ditambahkan kalimat-kalimat pendukung lainnya, seperti al-hamdu lillah wa al-syukru lillah, walahaula wala quwwata illa billah, dll.

Baca juga : Meningkat Dari Mukhlish Ke Mukhlash

Sedangkan syukur lebih dari sekedar bertahmid dengan melontarkan pujian-pujian lisan. Syukur berasal dari kata syakara-yasykuru berarti bersyukur, berterima kasih, yakni mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT. Selain dengan mengucapkan kalimat tahmid juga dilanjutkan dan disempurnakan dengan mengeluarkan hak-hak orang lain dari nikmat Allah yang kita peroleh. Misal­nya seseorang yang meraih keberuntungan darta dan uang, setelah melafazkan kalimat syukur diteruskan ­dengan segera mengeluarkan zakat minimal 2,5 % sebagai zakat ditambah dengan shadaqah, jariyah, waqaf, dan berbagai bentuk pemberian lainnya kepada mereka yang berhak.

Baca juga : Meningkat Dari Taib ke Tawwab (3)

Kalangan arifin mengartikan syukur sebagai penyandaran segala nikmat kepada Sang Pemberi Nikmat yaitu Allah SWT, dengan sikap rendah diri dan penuh ketulusan. Atas dasar pengertian inilah Allah mempunyai nama asy-syakur dalam al-asma’ alhusna’. Allah SWT menjanjikan balasan kepada para hamba-Nya atas ke­syukurannya. Al-Junaid menga­takan, syukur ialah ­engkau tidak memandang ­dirimu sebagai pemilik nikmat. Harta dan kenikmatan yang ada pada diri kita pemilik sejatinya ialah Allah SWT. Karena itu, harta kekayaan, jabatan, dan berbagai kenikmatan lainnya, tidak hanya menyatakan kalimat tahmid tetapi harus dilanjutkan dengan memanifestasikan rasa syukur itu dengan berbagi dengan orang lain.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.