Dark/Light Mode

Bos Bulog Beberkan Faktor Penyebab Harga Beras Sulit Turun

Selasa, 19 Maret 2024 07:44 WIB
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi (kiri) dalam acara BICARA BUMN, di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (18/3/2024). (Foto: Istimewa)
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi (kiri) dalam acara BICARA BUMN, di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (18/3/2024). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perum Bulog memperkirakan, harga gabah kering panen kemungkinan bertahan dan tidak serendah seperti tahun lalu, ketika ditetapkan seharga Rp 4.700 per kilogram (Kg).

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, hal ini dikarenakan adanya sejumlah faktor yang membentuk harga gabah.

Ia menjelaskan, biaya produksi petani saat ini sudah naik. Ongkos tenaga kerja punya porsi paling besar hingga 50 persen dari harga pokok produksi gabah.Lalu, disusul sewa lahan, harga pupuk dan benih.

"Kita lihat dari semua faktor itu, sekarang sudah naik. Perkiraan biaya produksi petani pun, naik. Maka, harga gabah tidak turun ke angka Rp 5 ribu lagi. Pasti, bertahan di angka lebih tinggi," ujar Bayu, dalam acara BICARA BUMN, di Kementerian BUMN (Badan Usaha Milik Negara), Jakarta, Senin (18/3/2024).

Mengingat komponen biaya produksi petani untuk menghasilkan satu kilogram gabah telah berubah dibandingkan tahun lalu.

Baca juga : Bamsoet Beri Saran ke AHY Agar Tuntas Berantas Mafia Tanah

Bayu menjelaskan, kalau harga gabah secara natural biayanya sudah naik, maka harga beras tidak akan serendah sebelumnya.

"Jadi kalau ditanya berapa perhitungannya? saya tidak tahu, saya belum tahu berapa besar angka (kenaikan harga) resminya. Otoritas yang akan menentukan, apakah di Badan Pangan, atau di BPS (Badan Pusat Statistik). Tapi bayangannya, adalah harga beras mungkin akan bertahan dan tidak akan sampai serendah seperti yang diperkirakan semula," ungkap Bayu.

Ia mengakui, perkiraan adanya perubahaan HET (Harga Eceran Tertinggi) tersebut, bukan kabar gembira dan memiliki tantangannya tersendiri.

"Karena faktanya demikian, upah tenaga kerja, naik. Maka, upah tenaga kerja di pedesaan juga naik. Inflasi juga terjadi. Belum lagi konversi lahan pertanian juga terjadi. Sehingga, biaya-biaya produksi yang dihadapi petani sudah naik," ujar Bayu.

Meski demikian, Pemerintah tetap harus berupaya untuk menjaga motivasi para petani agar tetap mau bertani di tengah-tengah situasi tersebut.

Baca juga : Polisi Kerahkan Ratusan Personel Gabungan Untuk Cegah Tawuran

Sejauh ini, Bayu mengakui, stok cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog juga mengalami penurunan. Sebab, stok yang ada telah digunakan untuk beberapa program Pemerintah.

"Stok beras itu, ada di beberapa pihak. Paling besar atau ditengarai sekitar 50 persen lebih ada di rumah tangga. Termasuk, di rumah tangga tani.

"Per Selasa  (18/3/2023), ada sekitar 1 juta ton beras dan akan terus mengusahakan agar stok itu ditambah, baik lewat pengadaan dalam negeri dan luar negeri," jelas Bayu.

Ia memastikan, dengan kondisi stok tersebut, kebutuhan masyarakat selama Ramadan masih tetap terjaga.

Terlebih, pihaknya telah melakukan intervensi guna menjaga stabilitas harga beras di pasaran hampir selama enam bulan terkahir, dengan menyalurkan beras premium.

Baca juga : Kepala Bapanas Beberin Penyebab Harga Daging Mahal

Menurut Bayu, stok yang 1 juta ton itu, 99 persen adalah beras premium. Itu hampir seluruhnya datang dari impor.

"Penyerapan dalam negeri tetap dilakukan, tapi untuk beras komersial, tidak bisa dengan harga yang ditetapkan Pemerintah (HPP/Harga Pokok Pemerintah atau HET),"pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.