Dark/Light Mode

Rupiah Melemah, Harga Minyak Melambung

Pemerintah Mesti Gercep Selamatkan Perekonomian

Minggu, 21 April 2024 07:05 WIB
Rupiah Melemah, Harga Minyak Melambung Pemerintah Mesti Gercep Selamatkan Perekonomian

RM.id  Rakyat Merdeka - Meningkatnya ketegangan geopolitik Iran-Israel mulai berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Agar dampaknya tidak semakin parah, Pemerintah harus mengambil gerak cepat (gercep) dan terarah.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan, perang di Timur Tengah sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, terutama kepada harga komoditas energi seperti minyak dan gas.

“Indonesia merupakan importir migas dan volume impornya masih sangat besar. Kalau harga migas melambung, belanja di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pasti membeng­kak, khususnya untuk subsidi Ba­han Bakar Minyak (BBM),” kata Esther kepada Rakyat Merdeka, Jumat (19/4/2024).

Baca juga : IPO MIND ID Perkuat Investasi Dan Bisnis

Tidak hanya itu, Esther mengatakan, konflik yang terjadi juga ikut melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi tersebut menyebabkan belanja Pemerintah untuk infrastruktur dan belanja pembangunan lainnya, termasuk impor komoditas yang pembelinya menggunakan dolar AS akan meningkat.

“Yang lebih ngeri lagi, besarnya cicilan utang luar negeri dan bunganya juga membengkak karena pelemahan rupiah,” ujar Esther.

Karena itu, lanjut dia, Pe­merintah harus segera merevisi asumsi indikator makroekonomi di APBN, khususnya untuk harga minyak dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Baca juga : Seragam Adat Di Sekolah Tambah Beban Orang Tua

Selain itu, Pemerintah juga harus mengalokasikan anggaran ke aktivitas yang produktif, sehingga bisa meningkatkan penda­patan negara lebih banyak.

Menurutnya, Kementerian dan Lembaga juga harus mendorong ekspor produk industri dalam negeri untuk menggenjot devisa negara. Hal tersebut harus dibarengi pengelolaan anggaran secara efisien dan hindari pemborosan.

Esther juga menyarankan agar Bank Indonesia (BI) segera mengambil kebijakan floating market, dan jangan operasi pasar karena depresiasi rupiah akan terus terjadi.

Baca juga : Real Madrid Vs Barcelona, El Real Waspadai Blaugrana

“BIharus menjaga stabilitas harga untuk meredam inflasi dan mitigasi risiko yang akan terjadi akibat perang makin buruk,” pungkas Esther.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CE­LIOS) Bhima Yudhistira menga­takan, dari sisi penerimaan negara, naiknya harga minyak dunia akibat konflik Iran-Israel tidak banyak menguntungkan Indonesia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.