Dark/Light Mode

Diresmikan Wapres Ma’ruf, BSI Resmikan Green Building Optimalkan Keuangan Syariah Di Aceh

Kamis, 30 Mei 2024 16:32 WIB
Wapres Maruf Amin meresmikan Green Building milik Bank Syariah Indonesia atau BSI di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), dan menjadi gedung tertinggi pertama. (Foto: Istimewa)
Wapres Maruf Amin meresmikan Green Building milik Bank Syariah Indonesia atau BSI di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), dan menjadi gedung tertinggi pertama. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin meresmikan Green Building milik PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), dan menjadi gedung tertinggi pertama di Bumi Serambi Mekkah tersebut.

Green Building BSI Aceh ini berdiri di atas tanah seluas 4.187 meter persegi (m2), dengan total luas bangunan sebesar 17.322 m2. Memiliki delapan lantai dan dua basement.

Pembangunan yang berfokus pada prinsip Environmental Social and Governance (ESG) ini bekerja sama dengan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau PT PP dan dilaksanakan sejak September 2022 hingga April 2024, dengan masa pembangunan kurang lebih selama 18 bulan.

Green Building BSI Aceh yang berlokasi di jantung kota Aceh, tepatnya terletak pada Jl. Teungku Daud Beureuh Nomor 15 Banda Aceh.

Wapres Ma’ruf menekankan, keberadaan gedung hijau milik BSI tersebut diharapkan tak hanya menjadi penopang aktivitas operasional perbankan syariah, tetapi juga sebagai poros penggerak pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah di Aceh.

“Syariah jangan diasosiasikan dengan kumuh. Buktinya, gedung baru BSI di Aceh ini yang paling baik (bagus) dan paling tinggi. Syariah itu harus halal,” ucapnya dalam acara peresmian Green Building dan Desa Binaan BSI di Aceh, Kamis (30/5/2024).

Wapres mengatakan, Provinsi Aceh ibarat pintu dalam pengembangan keuangan syariah nasional, terutama di sektor perbankan syariah.

Perbankan syariah di Aceh terus dikembangkan menjadi urat nadi bagi perekonomian melalui pembiayaan usahanya.

“Di Aceh hanya bank syariah yang boleh tumbuh. Maka, peran bank syariah harus tumbuh. Bukan hanya di Aceh tapi juga di daerah lain. Aceh harus optimal karena syariah menjadi pemain tunggal,” tuturnya.

Baca juga : Diresmikan Presiden, Pembangunan 22 Ruas Jalan Daerah Di Sultra Mulus

Ia mengatakan, bank syariah sifatnya harus inklusif. Maka, bukan hanya orang Muslim saja yang bisa mendapatkan layanan, tetapi untuk semua kalangan masyarakat.

“Bank syariah menjadi Rahmatan lil ‘alamin bagi masyarakat Muslim, namun tetap Muslim merupakan suatu kewajiban menggunakan perbankan syariah,” ucapnya.

Wapres Ma’ruf juga menyampaikan beberapa arahan bagi perkembangan industri perbankan syariah di Aceh.

Pertama, perluas jangkauan dan perkuat layanan perbankan syariah. Yaitu, mendorong ekspansi dan peningkatan kualitas layanan perbankan syariah, sehingga industri perbankan syariah di Aceh lebih kompetitif dan berdaya saing.

Saat ini, 93 persen pembiayaan di Aceh telah disalurkan oleh BSI dan Bank Aceh Syariah.

“Kita patut bersyukur, sejauh ini konversi dan operasional penuh perbankan syariah di Aceh sudah berjalan baik dengan kontribusi terhadap pangsa perbankan syariah nasional mencapai hampir 7 persen,” jelasnya.

“Optimalkan dan intensifkan penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat) agar menjangkau lebih banyak pelaku UMKM produktif di berbagai daerah, sehingga mendorong penciptaan lapangan kerja,” ujarnya.

Selain itu, perkuat BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) yang diyakini efektif menjangkau masyarakat yang belum terlayani bank-bank besar.

Hal ini penting untuk mendorong inklusi keuangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di daerah perdesaan. Kedua, mengembangkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia perbankan syariah.

Baca juga : Jangkau Banyak Nasabah, Manulife Resmikan Kantor Pemasaran Mandiri Di Jaksel

Program pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) perbankan syariah ini harus menjadi prioritas mengingat tingginya kebutuhan SDM di sektor ini.

Ketersediaan tenaga kerja yang kompeten dan berintegritas tinggi akan mendukung pertumbuhan dan daya saing industri perbankan syariah.

Ketiga, terus tingkatkan literasi, inklusi, dan digitalisasi keuangan syariah di Aceh. Tingkatkan sinergi dan kolaborasi multipihak secara berkesinambungan dalam peningkatan literasi masyarakat.

Perluas edukasi keuangan syariah, mulai dari tingkat sekolah, pesantren, universitas, hingga komunitas masyarakat.

“Saya harap gedung baru BSI tak hanya jadi menopang aktivitas BSI saja, tetapi menjadi poros penggerak ekonomi dan keuangan syariah di Aceh,” harapnya.

Di kesempatan yang sama Direktur Utama BSI Hery Gunardi menegaskan, sebagai bentuk dukungan BSI terhadap ekonomi keberlanjutan, pembangunan gedung BSI menerapkan Green Building yang dapat menghemat penggunaan energi sebesar 30 persen atau 560 ribu Kwh (Kilowatt per hour) per tahun atau setara dengan pengurangan emisi karbon sebanyak 386 ton CO2 (karbon dioksida) per tahun.

“Penerapan Green Building menjadikan BSI Aceh memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Gedung Bank Syariah Pertama yang menerapkan konsep Green Building bersertifikat Gold,” katanya.

Selain menghemat energi, konsep green building tentunya akan meningkatkan produktivitas karyawan karena menyediakan lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman, disertai layanan yang semakin optimal kepada masyarakat Aceh dengan tersedianya fasilitas Digital Branch dan berbagai fasilitas lainnya.

Tak hanya itu, sebagai upaya memperkuat ekonomi di Tanah Air, BSI sebagai bank terbesar nomor lima di Indonesia terus mencetak kinerja yang impressive meski berada dalam kondisi yang menantang.

Baca juga : Jokowi Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin Di Karawang

Pada periode Maret 2024, Secara tahunan Aset BSI tumbuh 14,25 persen menjadi Rp 358 triliun, pembiayaan tumbuh sustain 15,89 persen menjadi Rp 247 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 10,43 persen menjadi Rp 297 triliun dan Laba tumbuh sebesar 17,07 persen menjadi Rp 1,71 triliun.

“Jika disandingkan dengan seluruh perbankan yang ada di Indonesia, pertumbuhan laba BSI pada periode tersebut menjadi pertumbuhan laba terbesar,” katanya.

Hery mengungkapkan, kuatnya kondisi BSI tidak terlepas dari pertumbuhan bisnis di Aceh.

Saat ini, secara tahunan Aset BSI di Aceh tumbuh 12,49 persen menjadi Rp 20,54 triliun, pembiayaan tumbuh 13,37 persen menjadi Rp 19,23 triliun dengan 38 persen porsi pembiayaan di sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).

Lalu DPK tumbuh 8,21 persen menjadi Rp 16,71 triliun dan Laba sebesar Rp 232 miliar pada periode yang sama.

Untuk mendukung transaksi keuangan masyarakat serta menjangkau nasabah yang lebih luas, BSI memiliki 161 kantor cabang, lebih dari 700 mesin ATM, lebih dari 900 mesin EDC (Electronic Data Capture) Merchant, lebih dari 17ribu BSI Smart Agent dan lebih dari 39 ribu QRIS (Quick Response Indonesian Standard) yang tersebar di seluruh penjuru Aceh.

Desa Binaan Tak cuma meresmikan green building, BSI turut meningkatkan perekonomian masyarakat Aceh, khususnya pada sektor UMKM.

Melihat potensi sektor perkebunan Kopi Arabika Gayo dan Minyak Nilam yang berkualitas dan dapat dipromosikan ke pasar global, tahun ini BSI menghadirkan dua klaster desa binaan BSI yaitu klaster perkebunan kopi di Desa Gegerung, Bener Meriah dan klaster perkebunan nilam di Desa Blang Mee, Aceh Besar.

“Desa BSI ini merupakan program kolaborasi antara BSI, BSI Maslahat, BAZNAS (Badan Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh), Universitas Syah Kuala serta pemerintah setempat dalam pengelolaan dana zakat perusahaan dan pegawai untuk memfasilitasi pendampingan secara intensif,” ucap Hery.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.