Dark/Light Mode

Stafsus BKPM Pastikan Indonesia Pilihan Tepat Untuk Investasi Hijau

Rabu, 5 Juni 2024 21:55 WIB
Staf Khusus Bidang Peningkatan Pengusaha Nasional Kementerian Investasi/BKPM, M. Pradana Indraputra. Foto: Istimewa
Staf Khusus Bidang Peningkatan Pengusaha Nasional Kementerian Investasi/BKPM, M. Pradana Indraputra. Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Staf Khusus Bidang Peningkatan Pengusaha Nasional Kementerian Investasi/BKPM, M. Pradana Indraputra mengungkapkan Indonesia sebagai pilihan tepat untuk investasi hijau.

Baginya, negeri ini tengah bergerak menuju ekonomi hijau meskipun masih memiliki beberapa pekerjaan rumah. 

"Saat ini, Indonesia adalah penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar ke-8 di dunia. Namun, dalam 4 tahun terakhir, Indonesia telah melakukan berbagai upaya signifikan untuk mengatasi isu ini. Kini, tujuan utama Indonesia adalah melakukan transisi energi," kata Pradana, di acara Indonesia Miner 2024, di The Westin Jakarta, Selasa (4/6/2024).

Di kesempatan ini, Pradana memaparkan tentang penyelarasan pengembangan aluminium hijau Indonesia dengan tujuan keberlanjutan global.

Baca juga : Survei LKPI: Helldy Agustian Sosok Pilihan Masyarakat Cilegon

Menilik Southeast Asia’s Green Economy Report 2024, Indonesia dan Filipina adalah penyumbang investasi hijau terbesar di Asia Tenggara.

Berbicara transisi energi, Pradana menyampaikan, Indonesia dapat melengkapi kebutuhan transisi energi dunia dengan melakukan industrialisasi sumber daya alam.

Catatannya, negeri ini memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, cadangan timah terbesar ke-2, cadangan bauksit terbesar ke-6, dan cadangan tembaga terbesar ke-7.

Bahkan, katanya, Indonesia memiliki empat komoditas prioritas utama industri hilir. Yaitu nikel, bauksit, timah, dan tembaga.

Baca juga : Pasangan Kang Emil Untuk DKI Lagi Dicari

"Pelarangan ekspor nikel dan bauksit telah diberlakukan, dan rencananya pelarangan tersebut akan diperluas untuk komoditas timah dan tembaga," ungkapnya.

Mengenai prospek hilirisasi bauksit, Pradana menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia memiliki empat prioritas. Yakni, panel surya, komponen otomotif, kemasan makanan, serta bahan bangunan.

Sementara, total potensi investasi industri hilir bauksit yang telah diperkirakan oleh Kementerian Investasi/BKPM sendiri bernilai sekitar 48,89 miliar dolar AS.

"Mengenai arah kebijakan Pemerintah, ada dua strategi yang dapat dilakukan. Pertama adalah pengembangan industri hilir, khususnya bauksit, dalam bentuk substitusi impor. Kedua adalah penguatan industri dalam negeri," tekan Pradana.

Baca juga : Indonesia Makin Keras Ke Israel

Sontak, Pradana menutup paparannya dengan pernyataan bahwa Indonesia adalah tempat yang tepat untuk berinvestasi. Hal ini didasarkan pada kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kepastian pemberian insentif oleh Kementerian Investasi/BKPM untuk industri yang berkontribusi terhadap hilirisasi di Indonesia.

Kementerian Investasi/BKPM akan terus memberikan insentif fiskal dalam bentuk antara lain tax holiday, tax allowance, import duty exemption, dan super tax deduction, kepada industri-industri yang berkontribusi terhadap hilirisasi di Indonesia.

Diketahui, konferensi dan pameran bertaraf internasional ini mempertemukan berbagai pelaku usaha di bidang pertambangan, pakar, pengambil kebijakan, serta seluruh rantai nilai industri pertambangan di Indonesia.

Termasuk, pelaku usaha pertambangan terkemuka seperti Tony Wenas selaku Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Rachmat Makkasau selaku Presiden Direktur PT Amman Mineral, dan Adriansyah Chaniago selaku Wakil Presiden PT Vale Indonesia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.