Dark/Light Mode

Tangani Sampah Plastik, Inaplas Dorong Sistem Pengelolaan Terintegrasi

Rabu, 13 November 2019 21:51 WIB
Industri pengolahan sampah. (Foto: Kominfo Jatim)
Industri pengolahan sampah. (Foto: Kominfo Jatim)

RM.id  Rakyat Merdeka - Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) mempertanyakan data yang menyebutkan Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Pasalnya, total konsumsi plastik di Indonesia hanya 5,76 juta ton per tahun dengan rata-rata konsumsi per kapita sebesar 19,8 kilogram (kg).  

Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan konsumsi plastik di negara lain seperti Korea, Jerman, Jepang, serta Vietnam yang konsumsi per kapita masing-masing sebesar 141 kg, 95,8 kg, 69,2 kg, dan 42,1 kg.  Akan tetapi, Indonesia diklaim sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China.

Baca juga : Tarung Lawan Malaysia, Timnas Indonesia Siapkan 23 Pemain

Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiono mengatakan, hingga saat ini, pengelolaan sampah kita masih belum optimal. "Bagaimana mungkin konsumsi rendah kita jadi pengotor lautan. Ini lebih disebabkan karena waste  management (pengelolaan), kita masih belum optimal dan di luar negeri jauh lebih maju dibandingkan kita," jelas Fajar di Jakarta, Rabu (13/11).

Menurut dia, tingkat daur ulang sampah plastik di Indonesia masih rendah. 45 persen sampah plastik tidak terkelola dari total sampah plastik sekitar 65 juta ton per tahun. Karena itu, dia meminta, agar pengelolaan sampah yang baik dan daur ulang terus ditingkatkan.

Baca juga : Soal Papua, Meutya Hafid Dorong Perbanyak Pendekatan Dialogis

"Jadi sampah sampah kita itu kotor jadi perlu pengelolaan yang selanjutnya, karena itu akan lebih baik kalau sampah itu dipilah dari awal sehingga nanti proses selanjutnya lebih mudah dan waste rate kita tidak jauh (dengan negara maju)," tukasnya.

Fajar mengatakan, plastik sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Bahkan dengan pengelolaan plastik yang benar, dapat menambah nilai keekonomian dalam sebuah negara. "Mereka di luar negeri dengan konsumsi yang lebih tinggi dari kita. Mereka enggak punya masalah dengan isu-isu plastik. Waste management bahkan jadi komoditas yang bisa meningkatkan keekonomian suatu negara," papar Fajar.

Baca juga : Menteri ESDM Dorong Inovasi Pengembangan EBT

Di tempat yang sama Co Founder Digital Waste Solution (DWS), Ikatri Meynar Sihombing mengatakan, masalah sampah merupakan isu krusial yang terus menerus menjadi musuh bagi lingkungan yang dihadapi dunia. Karena sistem pengelolaan sampah yang belum terintegrasi dan rendahnya peran korporasi, dan kesadaran perilaku masyarakat menjaga lingkungan masih minim.

"Sistem DWS diciptakan sebagai panduan bagi produsen untuk bergerak bersama mengurangi sampah kemasan hingga menciptakan circular economy, serta aktif mendukung inisiatif besar pemerintah Indonesia sangatlah diharapkan," kata Ikatri. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.