Dark/Light Mode

Menteri Teten Tegaskan Pentingnya Bangun UMKM Berbasis Keunggulan Domestik

Jumat, 14 Juni 2024 07:59 WIB
Menkop UKM Teten Masduki saat Orasi Ilmiah pada Sidang Terbuka Senat Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) dalam agenda Milad ke-21 di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (13/6/2024). (Foto: Dok. Kemenkop UKM)
Menkop UKM Teten Masduki saat Orasi Ilmiah pada Sidang Terbuka Senat Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) dalam agenda Milad ke-21 di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (13/6/2024). (Foto: Dok. Kemenkop UKM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki menegaskan pentingnya membangun industri UMKM berbasis keunggulan domestik, serta mengolah sumber daya alam hasil perkebunan dan pertanian sebagai fondasi industri nasional ke depan.

"Kita harus membangun pabrik-pabrik skala kecil dan menengah berbasis bahan baku dan keunggulan domestik yang dimiliki," ucapnya saat Orasi Ilmiah pada Sidang Terbuka Senat Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) dalam agenda Milad ke-21 di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (13/6/2024).

Teten memaparkan tujuan membangun industri UMKM itu untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas. Karena menurutnya, saat ini tidak lagi mungkin untuk mengundang manufaktur dari luar yang padat karya, keunggulan komparatif antar negara sudah relatif hampir sama.

"Dan ini juga sudah menjadi sunset industry" kata Teten.

Contoh konkret, kata Teten, Indonesia sebagai penghasil sawit terbesar di dunia tapi ekspornya masih sebatas CPO dan minyak goreng.

Sementara perusahaan besar seperti Unilever bisa memanfaatkan sawit ini menjadi bahan baku bagi puluhan produknya.

Teten merujuk program industri parfum di Prancis yang 95 persen bahan bakunya berasal dari Indonedia. Begitu juga dengan industri kecantikan Korsel.

"Yang paling banyak dicari anak-anak muda seluruh dunia adalah skincare. Salah satu produsen terbesar skincare dunia adalah Korsel," ujarnya.

Baca juga : Turunkan Angka Stunting, Jokowi Ingatkan Pentingnya Konsolidasi Seluruh Pihak

Di Korea Selatan (Korsel) juga misalnya, pabrik cenderung kecil dan semua bahan bakunya (36 jenis) ada di Indonesia. Misalnya, ekstrak lidah buaya, ekstrak buah alpukat, dan ekstrak-ekstrak herbal lainnya.

"Kita kaya. Tapi, kenapa tidak kita olah sendiri sumber daya alam kita ini, minimal menjadi bahan setengah jadi sehingga bisa mensuplai industri nasional dan global," ujar Teten.

Untuk itu, Teten memastikan bahwa, Kemenkop UKM memiliki program strategis membangun banyak Factory Sharing dengan biaya Rp 10 miliar hingga Rp 20 miliar untuk mengolah aneka sumber daya yang dimiliki Indonesia.

"Kita di ASEAN sangat kuat di sektor agriculture dan aquaculture. Kita kaya udang, ikan, dan lobster. Fokus saja kesitu," katanya.

Di Norwegia, kini bukan lagi dari sektor migas, melainkan dari budidaya ikan salmon. Mereka melakukan riset ikan salmon dengan sangat serius.

Mereka studi pakan, hingga jaring terapung yang cocok dengan wilayah laut Norwegia. Dan itu sudah ditiru Vietnam untuk mengembangkan ikan baramundi (kakap putih).

"Sukabumi kaya akan ikan kakap putih. Kenapa Vietnam kembangkan itu, karena baramundi bakal menjadi pengganti salmon di tengah iklim global warming," ucapnya.

Tak hanya itu, di sektor ekonomi digital (e-commerce) juga harus terus dibentuk.

Baca juga : Irman Gusman: MK Berani Menegakkan Hukum Dan Demokrasi

Di China misalnya, ekonomi digital sudah menjadi ekonomi baru mengalahkan Amerika Serikat (AS) dengan kontribusi 41 persen terhadap GDP.

Tak heran bila ekonomi digital mereka banyak masuk ke Indonesia. Bahkan, ia kini juga mewanti-wanti adanya platform e-commerce  baru bernama Temu, yang terhubung langsung dari ratusan pabrik ke konsumen.

"Bakal banyak lapangan kerja di sektor distribusi akan hilang. Dan pasti produknya sangat murah, kita tidak mungkin bisa bersaing," ujar Teten.

Teten mengaku, pihaknya sedang melirik anak-anak muda dari berbagai kampus, untuk dikembangkan inkubator-inkubator bisnis dengan menyiapkan anak-anak muda yang mempunyai ide agar dierami, ditetaskan, dan dibesarkan.

"Dengan begitu, kita bisa menciptakan enterpreneur baru," imbuh Teten.

Di Indonesia, terdapat sekitar 2.600 startup, yang juga menjadi negara dengan jumlah startup terbesar keenam di dunia.

"Dulu tidak terarah, semua berkerumun ke e-commerce, tapi tidak menggunakan AI dan IoT di sektor produksi. Contoh Korea, sudah menggunakan IoT (mesin otomatis yang terkoneksi ke semua proses industri) dengan tenaga kerja minimalis," ujar Teten.

Para startup ini sambungnya, akan diinkubasi dan diarahkan ke sektor produksi dengan aplikasi digital.

Baca juga : Menteri Teten Beberin Bahaya E-Commerce Temu Asal China Di DPR

"Kami juga melakukan business matching untuk mereka. Kami perkuat di sektor agriculture dan aquaculture," katanya.

Teten berharap, di kampus harus sudah fokus mencetak sarjana yang mampu mengolah sumber daya alam, hasil perkebunan dan pertanian, untuk kemudian menjadi industri yang sangat potensial.

Rektor UMMI Reny Sukmawani mengatakan, saat ini, UMMI telah mencapai usia yang matang dan terus berkomitmen untuk memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat Sukabumi.

"Kami bangga dengan pencapaian yang telah diraih dan kami terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di kampus ini," ujar Reny.

Dengan dukungan dari berbagai pihak, UMMI optimistis dapat terus berinovasi dan berkontribusi positif bagi masyarakat Sukabumi, serta menjadi kampus yang unggul dan bereputasi.

"Kami juga sudah meluncurkan program Satu Desa Satu Sarjana, salah satu program pemberdayaan masyarakat dalam UKM dan pendampingan koperasi," kata Reny.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.