Dark/Light Mode

Wacana Kenaikan CHT, Politisi Gerindra Ingatkan Dampak Ekonominya Sangat Luas

Selasa, 25 Juni 2024 07:26 WIB
Politisi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono (BHS)
Politisi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono (BHS)

RM.id  Rakyat Merdeka - Politisi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono (BHS) menyoroti rencana kenaikan Cukai Hasil Tembakau (CHT) yang saat ini sedang dibahas oleh pemerintah.

Dia mengingatkan pemerintah bijak dalam menyusun kebijakan, karena tembakau dan kegiatan merokok sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat, sehingga naiknya cukai rokok akan menyebabkan dampak yang sangat luas pada perekonomian wilayah sekitarnya.

"70 persen pria Indonesia itu merokok. Itu sudah terjadi sejak zaman penjajahan dahulu, bisa dikatakan merokok itu sudah menjadi bagian dari kegiatan ekonomi di Indonesia dan memang sudah menjadi budaya. Jika cukai rokok terus dinaikkan maka dampaknya bukan hanya dirasakan oleh perokok itu sendiri tapi juga pada ekosistem yang terhubung dengan perokok," kata BHS, Senin (24/6/2024).

BHS mengatakan, yang pertama terkena dampak adalah belanja rumah tangga, yang akan berujung kepada semakin berkurangnya belanja bahan pangan bergizi kebutuhan keluarga tersebut.

Baca juga : Hendrawan Supratikno: Akan Menambah Beban Anggaran Negara

Menurutnya, para perokok tidak akan berhenti untuk membeli rokok. Apakah mereka mengurangi jumlahnya, atau menurun ke rokok yang lebih murah.

"Artinya akan memperluas pasar rokok ilegal atau mereka akan tetap membeli rokok yang sama walaupun dengan harga yang lebih mahal, yang berkonsekuensi pada berkurangnya jatah belanja rumah tangga," ujarnya.

BHS menambahkan, kalau belanja rumah tangga berkurang, maka pengatur belanja rumah tangga atau istri dari pria perokok akan mengurangi keperluan pribadi hingga kebutuhan rumah tangga.

"Jika yang dikurangi adalah belanja bahan pangan, maka besar kemungkinan akan berujung pada berkurangnya bahan nutrisi pada daftar belanja rumah tangga. Artinya, potensi stunting akan meningkat," ujarnya lagi.

Baca juga : Pilkada Jakarta, Gerindra Ragukan Dukungan Ke Anies

Dampak kedua adalah jika cukai naik dan pembeli rokok menurun maka akan mempengaruhi kelompok usaha yang selama ini terhubung dengan para perokok.

Misalnya kata dia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berkaitan dengan rokok. Mulai dari warung kopi yang identik sebagai para perokok untuk nongkrong, warteg, tempat makanainnya, yang jumlahnya jutaan di Indonesia.

"Belum lagi, tempat karaoke hingga tempat hiburan malam yang juga identik dengan para penikmat rokok. Kalau mereka tidak bisa merokok di tempat itu, bisa dipastikan para pelaku usaha itu akan mengalami penurunan pengunjung. Bahkan bisa saja jadi bangkrut, tidak ada pengunjung," kata BHS.

Dampak ketiga adalah jaringan industri rokok. Mulai dari pabrik rokok, buruh pabrik, petani tembakau, buruh di perkebunan tembakau, hingga pelaku usaha di sekitar pabrik rokok, yakni rumah sewa, pedagang makanan di sekitar pabrik, hingga warung kecil yang selama ini memenuhi kebutuhan para buruh pabrik.

Baca juga : Hari Lingkungan Hidup, Pj Gubernur Jabar: Jangan Buang Sampah Ke Sungai

Kata dia, jika penjualan rokok menurun akibat naiknya harga rokok dan masifnya rokok ilegal, maka tak tertutup kemungkinan akan terjadi kebangkrutan pabrik rokok, yang ujungnya pemutusan hubungan kerja untuk sekitar 6 juta buruh di sektor tersebut.

"Akhirnya apa, mereka akan menjadi pengangguran," ungkap politisi Gerindra yang mengaku bukan masuk golongan perokok ini.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.