Dark/Light Mode

Startup Indonesia Dituntut Lebih Profesional

Selasa, 26 November 2019 20:01 WIB
Heru Sutadi (Foto: Istimewa)
Heru Sutadi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Langkah startup untuk fokus mencari laba dan meningkatkan skala dinilai tepat untuk meningkatkan efisiensi sekaligus mendorong kinerja keuangan. Startup perlu menghindari kasus WeWork. Yang dilakukan startup Indonesia adalah belajar dari profesionalisme transisi kepemimpinan Alibaba.  

Pengamat ekonomi digital Heru Sutadi menilai, sangat wajar manajemen startup mengincar laba tahun depan. Karena itu, langkah Bukalapak dan Tokopedia mengedepankan strategi inovasi agar menghasilkan profit, sudah sangat tepat.  

“Sekarang semua unicorn arahnya mulai memoles kinerja keuangan, termasuk efisiensi. Tujuannya jelas, akan masuk ke bursa. Sehingga, istilah bakar duit dengan promo segala macam akan dikurangi agar tidak ada lagi pengeluaran besar-besaran dan di sisi lain pemasukan akan semakin besar,” ucap Heru, Selasa (26/11).

Baca juga : SEA Games 2019, Indonesia Diminta Jangan Mendiskreditkan Filipina

Startup di Indonesia perlu belajar dari kasus WeWork yang terus menerus membakar uang untuk promosi, sekitar 2,8 miliar per tahun, namun kinerjanya tak kunjung positif. Kepada para investornya, pada kuartal III-2019, WeWork mencatatkan kerugian 1,25 miliar dolar AS atau setara Rp 17,5 triliun. Kerugian ini meningkat 150 persen dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang mencatatkan rugi 497 juta dolar AS.

Softbank mengambil kepemilikan mayoritas WeWork sebagai bagian dari kesepakatan untuk menyuntik modal 5 miliar dolar AS ke perusahaan. Kebijakan tersebut diambil setelah WeWork urung melantai di bursa saham. Kerugian WeWork berdampak buruk bagi SoftBank. Padahal, awal bulan ini, mereka telah mengumumkan rugi 6,4 miliar dolar AS. Angka tersebut merupakan kerugian terparah kuartalan yang dialami SoftBank.

Kata Heru, dari kejadian WeWork, ia melihat Softbank akan belajar banyak untuk pengelolaan startup yang mereka danai. Sehingga, akan ada evaluasi dan penekanan terhadap perusahaan yang didanai agar lebih efisien dan tidak bakar-bakar uang lagi. “Softbank juga akan mendorong unicorn yang dibiayai untuk mempercepat proses IPO,” ujar Heru. 

Baca juga : Indonesia Juara Dua Panahan Berkuda Internasional di Iran

Unicorn Indonesia juga dituntut untuk meniru profesionalisme Alibaba dalam melakukan scale-up, meningkatkan efisiensi, dan menghasilkan keuntungan. Alibaba berhasil melakukan semua ini meskipun baru saja ditinggal pendirinya, Jack Ma. Teranyar, perusahaan bervaluasi Rp 2.000 triliun itu telah melakukan pencatatan perdana di bursa saham Hong Kong dan berhasil menghimpun dana sebesar 11,3 miliar dolar AS. Pada hari pertama perdagangannya, harga saham Alibaba naik lebih dari 6 persen.

Alibaba juga terus menghasilkan pendapatan. Pada kuartal April-Juni 2019, pendapatan Alibaba mencapai 114,92 miliar yuan (setara 16,15 miliar dolar AS), atau naik 42 persen dari tahun sebelumnya. Ini menjadi bukti bahwa ekosistem Alibaba sudah sangat tangguh.

Apa yang diraih Alibaba, menurut ekonom Piter Abdullah, karena manajemen Alibaba memiliki visi yang sangat jelas dan kemudian juga dieksekusi dengan sangat baik. Alibaba juga tidak bergantung pada figur, namun pada kepemimpinan manajerial yang profesional. 

Baca juga : Festival Kuliner Halal Indonesia Diserbu Warga Amerika

Seluruh rangkaian keberhasilan manajemen Alibaba ini menciptakan track record yang membuat mereka sangat dipercaya. Kepercayaan ini selanjutnya berpengaruh kepada pihak eksternal yang kemudian meyakini apapun yang dilakukan oleh Alibaba akan berhasil. "Dengan keyakinan itu investor mau berinvestasi di Alibaba," ucap Piter. 

Di sisi lain, kata Piter, faktor kepemimpinan selalu berperan dominan di semua organisasi khususnya di sebuah perusahaan. Pemimpin yang baik tidak saja mampu memaksimalkan semua resources organisasi, tapi juga bagaimana dia mempersiapkan sistem agar organisasi menjadi tidak bergantung kepada seorang pemimpin. "Termasuk juga mempersiapkan sistem suksesi yang menjamin tidak terputusnya kepemimpinan yang baik di organisasi, seperti Alibaba," ujar Piter. 

Indonesia sudah punya beberapa unicorn dan satu decacorn. Dengan didukung pasar  lumayan besar, Indonesia akan mampu menciptakan raksasa-raksasa perusahaan digital. Syaratnya, dukungan environment yang kondusif yang harus diciptakan oleh otoritas atau pemerintah. "Pasar yang besar tidak akan mampu mendorong industri digital kalau tidak diikuti dengan daya beli yang cukup tinggi," terangnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.