Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
PLN EPI Serius Garap Hidrogen Hijau sebagai Energi Masa Depan
Minggu, 20 April 2025 10:14 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menegaskan komitmennya untuk menjadi pelopor dalam pengembangan ekosistem hidrogen hijau di Indonesia.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi besar PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mendukung target Net Zero Emissions (NZE) Indonesia pada tahun 2060.
Hal tersebut disampaikan Direktur Gas dan Bahan Bakar Minyak (BBM) PLN EPI Rakhmad Dewanto, dalam ajang Global Hydrogen Ecosystem 2025 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (16/4/2025).
Menurut Rakhmad, sektor ketenagalistrikan saat ini menyumbang sekitar 310 juta ton karbon dioksida (CO₂) per tahun.
Tanpa intervensi, angka ini diproyeksikan melonjak hingga 1.057 juta ton CO₂ pada 2060.
PLN tidak bisa terus menjalankan skenario business-as-usual. Karena itu lanjut Rakhmad, melalui skenario Accelerated Renewable Energy Development (ARED).
Baca juga : Berkontribusi Kembangkan Hidrogen, TMMIN Diganjar Penghargaan
"PLN memproyeksikan kapasitas cofiring hidrogen dapat mencapai 41 gigawatt (GW) pada 2060 guna mencapai NZE,” ujar Rakhmad dalam keterangan resmi PLN EPI, Minggu (19/4/2025).
Pengembangan hidrogen hijau (green hydrogen) dan amonia menjadi salah satu inisiatif penting PLN untuk melengkapi pembangunan energi terbarukan (renewable energy), jaringan listrik cerdas (smart grid), serta teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and storage / CCS) sebagai upaya dekarbonisasi.
Sejumlah proyek telah direalisasikan PLN, di antaranya pembangunan Green Hydrogen Plant (GHP) di 21 lokasi pada Oktober–November 2023, pengembangan hidrogen hijau dari energi panas bumi (geothermal) dan fasilitas pengisian bahan bakar hidrogen (Hydrogen Refueling Station / HRS) di Senayan pada Februari 2024
Proyek hydrogen cofiring untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Pesanggaran pada Desember 2024, hingga instalasi Hydrogen Fuel Cell di Gili Ketapang dan ammonia cofiring untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuan pada Februari 2025.
Ke depan, PLN akan melanjutkan uji coba hydrogen cofiring di Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Tambak Lorok dan Priok.
Sementara itu, pengembangan hydrogen fuel cell sebagai pelengkap energi terbarukan untuk sistem kelistrikan mikro (micro grid) akan dilakukan di Medang Island, Rengat, Suge, dan Waingapu.
Baca juga : RI Kembangkan Hidrogen Untuk Transisi Energi, Ini Tantangannya
“Hydrogen fuel cell ini diharapkan menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada pembangkit diesel di daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan utama. Langkah berikutnya adalah studi untuk pengembangan pabrik hidrogen di Jambi dan fasilitas green ammonia di Dawuan,” ujar Rakhmad.
Ia menambahkan, pemanfaatan hidrogen dan amonia rendah karbon di lingkungan PLN akan difokuskan pada sektor ketenagalistrikan.
Namun, jika terdapat produksi berlebih (excess production), pemanfaatannya akan diperluas ke sektor transportasi, industri, dan komoditas.
“PLN akan menyuplai hidrogen dan amonia untuk kebutuhan cofiring di pembangkit berbasis bahan bakar fosil serta mendukung sistem listrik off-grid melalui teknologi penyimpanan energi berbasis hidrogen,” jelasnya.
Menurut Rakhmad, pengembangan hidrogen hijau bukan semata-mata tentang transisi energi, melainkan juga tentang kemandirian energi, peningkatan daya saing, dan membuka peluang ekspor Indonesia di pasar energi global.
Namun demikian, tantangan utama dalam pengembangan hidrogen hijau adalah masih tingginya biaya produksi energi terbarukan dibandingkan dengan energi konvensional.
Baca juga : Hampir Setiap Hari Terjadi Kebakaran di Kota Tangerang Selama Libur Lebaran
Untuk mendorong percepatan ini, diperlukan dukungan pemerintah melalui insentif fiskal (fiscal incentive), pajak karbon (carbon tax), pengembangan teknologi, kesiapan infrastruktur, serta pembiayaan yang terjangkau.
Rakhmad menegaskan, PLN EPI terbuka untuk berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari investor, penyedia teknologi, lembaga keuangan, hingga regulator—guna menjawab berbagai tantangan tersebut.
“Sinergi multipihak adalah kunci agar Indonesia dapat menjadi episentrum produksi dan ekspor hidrogen hijau di kawasan Asia,” pungkasnya.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya