Dark/Light Mode

Di Tengah Wabah Covid-19, Petani Luwu Timur Sukses Ekspor Lada ke China

Minggu, 5 April 2020 14:49 WIB
Kasdi Subagyono (Foto: Dok. Kementan)
Kasdi Subagyono (Foto: Dok. Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wabah Covid-19 yang melanda hampir seluruh belahan dunia, ternyata tak menyurutkan petani dari Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Kelompok petani dari Desa Nuha, Luwu Timur, justru berhasil mengekspor lada putih premium ke China sebanyak 10 kontainer, Rabu (18/3). Nilainya mencapai Rp 13 miliar. Ekspor diberangkatkan dari Pelabuhan Makassar menuju Shanghai, China. 

Menurut Dirjen Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, ekspor tersebut menunjukkan sektor perkebunan memiliki peluang bertahan di tengah pandemi Covid-19. "Pemenuhan ekspor tersebut sebagai bukti bahwa komoditas perkebunan tetap memiliki prospek yang tinggi untuk kebutuhan dunia, terutama negara Tiongkok yang merupakan negara tujuan ekspor utama ekspor komoditas perkebunan Indonesia," kata Kasdi, dalam keteranganya, Minggu (5/4)

Baca juga : Cegah Penyebaran Covid-19, Urus Pertanahan Bisa Lewat Layanan Elektronik

Berdasarkan Data BPS yang diolah Ditjen Perkebunan, hingga 2019, China menempati urutan ke-2 tujuan ekspor lada Indonesia setelah Vietnam. Volumenya mencapai 6.689 ton dengan nilai sekitar 21,06 juta dolar AS. Sebagian besar lada Indonesia yang diekspor ke China berupa lada putih utuh.

Kasdi mengatakan, ekspor lada dari Luwu Timur merupakan bagian dari upaya percepatan produksi komoditas sektor perkebunan. Melalui program peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing (Grasida), diharapkan pada tahun 2024 ekspor komoditas perkebunan bisa meningkat tiga kali lipat sesuai target Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) yang telah dicanangkan Kementan. "Ditjen Perkebunan terus mendorong pelaku usaha dan menggerakan sumber daya agar dapat memenuhi target Gratieks tersebut," papar Kasdi

Baca juga : Di Tengah Wabah Covid-19, Pertamina Siaga Amankan Pasokan Energi Nasional

Diakui Kasdi, untuk peningkatan ekspor komoditas perkebunan dari petani, masih ditemui sejumlah kendala. Fluktuasi harga di pasar internasional, persoalan pembiayaan dan permodalan, serta kualitas produk dan nilai tambah jadi tantangan yang harus diselesaikan segera.

Untuk itu, Kementan menyediakan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk bantuan permodalan dan pembiayaan. Selain itu, pihaknya juga terus mendorong optimalisasi penanganan pasca panen dan pengolahan dengan penerapan prinsip Good Handling Process (GHP) dan Good Manufacturing Process (GMP) untuk meningkatkan mutu, juga penerapan standardisasi produk. "Untuk fluktuasi harga bisa kita dorong, dengan cara menekan biaya produksi, dan peningkatan mutu produk yang bernilai tambah seperti lada bubuk,” pungkasnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.