Dark/Light Mode

Jualan Bunga Sepi, Petani Florikultura di Banjar Produksi Hand Sanitizer

Kamis, 23 April 2020 10:34 WIB
Ibu-ibu petani di Desa Bincau, Kabupaten Banjar membuat hand sanitizer dengan bimbingan dari Dinas Pertanian Banjar. (Foto: Dok. Kementan)
Ibu-ibu petani di Desa Bincau, Kabupaten Banjar membuat hand sanitizer dengan bimbingan dari Dinas Pertanian Banjar. (Foto: Dok. Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemi Covid-19 ikut memukul petani florikultura. Jualan bunganya sepi. Hal ini juga dialami petani florikultura di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Di sana ada sentra pengembangan florikultura seperti melati, mawar, dan kenanga yang tersebar di dua Kecamatan, Martapura dan Karang Intan. Pengembangan florikultura di Martapura berada di Desa Bincau dan Labuantabu, sedangkan di Karang Intan berada di Desa Jingah Habang Ilir, Jingah Habang Ulu dan Pandak Daun.

Mochamad Fachry, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar, menyampaikan, petani florikultura di wilayah tersebut mengeluhkan sepinya pembeli. Sejak pandemi, tidak ada acara hajatan, kegiatan keagamaan, dan ziarah. "Pada hari biasanya sebelum pandemi, mereka dapat menjual melati setiap hari dengan harga Rp 7 ribu per gelas (sekitar 10 gram). Setelah pandemi, petani hanya bisa menjual bunga setiap tiga hari sekali, itu pun dengan harga yang rendah, Rp 2 ribu per gelas" ujarnya, dalam keterangan Kementerian Pertanian (Kementan) yang diterima redaksi, Kamis (23/4). 

Baca juga : Bantu Tangani Covid-19, Pertamina Salurkan Produk UMKM

"Melihat kondisi tersebut, kami berinisiatif memanfaatkan bunga melati, mawar dan kenanga untuk digunakan sebagai bahan pembuatan hand sanitizer yang saat ini sedang marak didengungkan" ungkap Fachry. Dia menjelaskan, Bidang Teknologi Hortikultura telah menyelenggarakan pelatihan pembuatan hand sanitizer beraroma melati dan mawar.

Pelatihan digelar pada pertengahan April di Desa Desa Jingah Habang Ilir yang diikuti oleh Kelompok Tani Bina Bersama.  Fachry mengatakan, dalam pembuatan hand sanitizer tersebut, Dinas Pertanian juga berkonsultasi dengan Universitas Lambung Mangkurat. Ada pun komposisi hand sanitizer adalah air bunga (melati/mawar/kenanga), alkohol 95 persen dan lidah buaya. 

Baca juga : Merasa Bernasib Sama, Ini Cara Ojol Bantu Pekerja Harian Lain

“Khusus untuk bunga melati, bunga yang dimanfaatkan untuk bahan hand sanitizer adalah kuntum bunga yang belum mekar namun sudah tua. Bunga yang sudah mekar dan kuntum yang rusak tidak dimanfaatkan,” kata dia.

Fachry menceritakan, inisiatif pembuatan hand sanitizer ini bertujuan untuk membantu petani florikultura yang hasil panennya tidak terserap pasar karena bunga tersebut tidak dapat bertahan lama. "Diversifikasi produk sangat perlu dilakukan agar bidang usaha masyarakat tetap berlangsung dan tidak sampai mati" ujarnya. 

Baca juga : Galang Dana Perangi Covid-19, Formula E Gelar Balapan Virtual

Liferdi Lukman, Direktur Buah dan Florikultura Kementan, mengatakan, kelompok tani melati di Kabupaten Banjar telah dibimbing oleh pihaknya pada 2019. "Pada 2020 ini mendapat pengembangan kawasan melati lebih luas lagi supaya petani tabah dan tetap semangat menghadapi Covid-19. Saat ini sangat dibutuhkan kreativitas dalam memasarkan produk florikultura dan berharap bahwa pandemi ini segera berakhir agar petani florikultura kembali berseri” kata Liferdi. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.