Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Guru Besar IPB Dukung Langkah Kementan Antisipasi Krisis Pangan

Rabu, 6 Mei 2020 19:15 WIB
Petani menggunakan alat mesin panen
Petani menggunakan alat mesin panen

RM.id  Rakyat Merdeka - Guru Besar FEM Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Firdaus mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis pangan. 

Upaya itu terlihat dari keseriusan menjaga 11 komoditas bahan pokok di sepanjang darurat Covid-19, bulan puasa bahkan hingga Lebaran 2020.

“Saya sangat setuju dengan langkah-langkah Pak Menteri dalam mengalihkan komoditas dari daerah yang surplus ke daerah yang defisit. Saya kira langkah ini sudah on the track,terutama dalam menjaga krisis pangan," ujar Firdaus pada sesi sharing session bersama redaksi Liputan6 melalui video teleconference, Selasa (5/5).

Baca juga : Hati-hati Krisis Pangan

Menurut Firdaus, persoalan pangan adalah persoalan semua orang yang harus menjadi perhatian bersama. Apalagi, pangan adalah kebutuhan utama yang menjadi kebutuhan sehari-hari.

“Saya menilai tugas Kementan tidaklah mudah karena selalu menyangkut kebutuhan perut. Makanya, semua pihak wajib mendukung segala langkah Kementan. Kemudian juga soal defisit. Bagi saya terminologinya ada dua. Pertama, defisit itu terjadi hanya di beberapa wilayah saja. Kedua, pada bagian pangan apa yang terjadi defisit. Kita tidak boleh langsung mencap kalau saat ini kita sedang mengalami defisit," katanya.

Sebagai catatan, sejumlah provinsi yang sebelumnya mengalami defisit beras, kini telah berkurang lantaran intervensi yang dilakukan pemerintah dengan pemasok langsung kebutuhan beras di beberapa wilayah.

Baca juga : Di Bekasi, Pasar Mitra Tani Kementan Diserbu Pembeli

Ada tujuh provinsi yang mengalami defisit beras. Pertama, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Setelah diintervensi, yang tersisa hanya Provinsi Riau, Bangka Belitung dan Maluku Utara.

Beberapa upaya intervensi yang dilakukan adalah mengalokasikan stok beras nasional dari daerah yang surplus ke daerah yang mengalami defisit, serta berkoordinasi dengan Bulog untuk mendistribusikan stok beras.

Mengenai ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjamin stok 11 bahan pokok dalam keadaan aman dan terkendali. Selain itu, Mentan juga mengatakan bahwa kelancaran distribusi menjadi kunci untuk menjaga ketersediaan stok beras.

Baca juga : Ini Kebijakan Deregulasi dan Regulasi Kemendag untuk Jaga Harga Pangan Stabil

“Berdasarkan data peta ketersediaan beras April 2020, terdapat 28 provinsi yang mengalami surplus lebih dari 10 persen, 2 provinsi defisit antara 10-25 persen yakni di Kalimantan Utara dan Maluku, serta 4 provinsi dengan defisit lebih dari 25 persen yakni Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung dan Maluku Utara," tandasnya [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.