Dark/Light Mode

Saham Anak Usaha Grup Lippo Melejit 2 Digit dalam Sepekan

Senin, 8 Juni 2020 13:44 WIB
Kenaikan harga saham/Ilustrasi (Foto: Istimewa)
Kenaikan harga saham/Ilustrasi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kinerja saham sejumlah anak usaha Grup Lippo pada sepekan kemarin amat kinclong. Hal ini tercermin dari kenaikan saham PT Lippo Karawaci (LPKR), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), PT First Media Tbk (KBLV), PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), dan PT Multipolar Tbk (MLPL), dan PT Bank National Nobu Tbk (NOBU) yang melesat hingga dua digit.  

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham MLPT memimpin kenaikan tertinggi hingga 53,91 persen ke harga Rp 885. Disusul KBLV yang melesat 32,7 persen ke Rp 438. Sementara, NOBU terkerek 31,34 persen ke Rp 880. MLPL dan LPKR mampu naik hingga 24 persen dan 22,6 persen ke harga Rp 62 dan Rp 180. Sementara, LPCK naik 10,24 persen ke harga Rp 795.

Menurut analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama, kenaikan harga yang dialami beberapa saham Grup Lippo lantaran sisi harga yang relatif murah dan sentimen positif pembagian dividen yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Kata Okie, untuk MLPT memang memiliki dividend payout ratio (rasio pembayaran deviden) cukup besar secara historis. Pada 2019, dividend payout ratio mencapai 182,19 persen. Sementara, di 2018, dividend payout ratio MLPT mencapai 80,19 persen. Ada pun tahun ini dividend payout ratio MLPT mencapai 181,76 persen. 

Baca juga : Presiden Menjamin Stok Pangan Cukup

MLPT tercatat akan membagi dividen Rp 133 per saham. Total dividen yang akan dibagikan Rp 249,38 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan laba bersih yang dikantongi sepanjang 2019. Menilik laporan keuangannya, sepanjang tahun 2019, MLPT mengantongi laba bersih hingga Rp 137,27 miliar. Adapun hingga akhir tahun 2019, MLPT masih memiliki saldo laba belum dicadangkan hingga Rp 545,96 miliar. Selain itu, dividend yield (deviden per saham) MLPT yang tinggi turut menopang penguatan sahamnya.  

Dari lima saham yang naik, LPCK dan LPKR masih sangat layak dilirik karena dari sisi likuiditas masih sangat kuat. Okie menambahkan, selama LPCK masih terjaga di atas Rp 700, investor boleh mempertimbangkan buy on weakness (membeli saham di harga rendah) dengan target harga Rp 850. Pola pembalikan arah dari bearish ke bullish juga sudah terlihat sejak Maret 2020.  

Pada Jumat (5/6), harga saham LPCK menguat 4,61 persen ke Rp 795 per saham. Meski naik tipis, karena LPCK memiliki likuditas kuat, maka dari sisi pergerakan saham paling menarik. Pasalnya, LPCK secara teknikal sudah membentuk tren naik sejak pertengahan Mei lalu dan terus berlanjut hingga saat ini.

Baca juga : Imam Nahrawi Bantah Main HP Dalam Sel

Sementara itu, saham LPKR hari ini, Senin (8/6), juga dibuka menghijau di Rp 184 per lembar saham. Angka ini naik 1,66 persen dibanding pada penutupan Jumat (5/6).  

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menilai, LPKR, yang memiliki bisnis inti di sektor properti dan juga kesehatan, akan memiliki kinerja positif dalam jangka panjang. Animo di kedua bisnis sektor itu memang cukup baik. Sektor kesehatan dianggap menarik karena merupakan segmen bisnis yang saat ini benar-benar dibutuhkan masyarakat.

Yang pasti, pelonggaran pembatasan sosial serta berlakunya kenormalan baru akan menimbulkan optimisme dan memungkinkan kinerja operasional mal dan sektor properti berangsur pulih. Hal ini sejalan dengan membaiknya konsumsi masyarakat. Kesehatan emiten dengan proporsi recurring income (keuntungan berulang) yang besar menjadi kekuatan terbesar LPKR. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.