Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kondisi Perbankan Oke, CORE: Masyarakat Tak Perlu Khawatir

Senin, 13 Juli 2020 10:47 WIB
Ekonom Center of Reforms on Economics (CORE), Piter Abdullah. (Foto: ist)
Ekonom Center of Reforms on Economics (CORE), Piter Abdullah. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ekonom Center of Reforms on Economics (CORE), Piter Abdullah memandang, kondisi perbankan masih oke. Masyarakat diminta gak perlu khawatir, karena pemerintah terus mendukung kestabilan sistem keuangan di tengah pandemi Covid-19.

Buktinya, Piter menyebut, posisi permodalan (Capital Adequate Ratio/CAR) perbankan hingga saat ini masih di kisaran 20 persen. Posisi ini melampaui batas permodalan yang ditetapkan dalam BASEL I hingga BASEL III.

"Sementara kalau kita berbicara mengenai batasan-batasan yang diatur dalam BASEL III pun untuk berjaga-jaga di saat krisis, paling-paling BASEL III membatasi CAR di kisaran 12-13 persen. Apalagi kalau kita merujuk ke BASEL I yang membatasi CAR di kisaran 8 persen treshold-nya. Jadi kita jauh di atas batas minimum permodalan untuk berjaga-jaga dari sisi permodalan,” terang Piter, Senin (13/7).

Baca juga : Masjid Istiqlal Tak Gelar Shalat Idul Adha

Data tersebut seharusnya menyadarkan masyarakat dan pelaku usaha agar tidak khawatir berlebihan. "Jadi misalnya liquidity coverage ratio-nya masih oke. Saya kira tidak ada yang perlu dikhawatirkan secara agregat,” cetus Piter menambahkan. 

Begitu juga dari sisi profitability. Piter menyebut, tingkat keuntungan perbankan masih tinggi. Indikatornya, Net Interest Margin (NIM) masih terjaga di level 3 persen.

Memang diakuinya, ada masalah di individual bank. Hanya saja, hal tersebut dalam kondisi yang relatif aman. “Karena kalau kita lihat satu-satu, bank yang dianggap bermasalah, permodalan dan likuiditasnya masih terjaga, walaupun sudah ada tekanan, tetapi belum menunjukkan hal yang perlu dikhawatirkan,” pesan Piter.

Baca juga : Kata Jaksa, Hasto Nggak Perlu Hadir

Kondisi perbankan yang masih terjaga ini tidak lepas dari peran pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kata Piter, kehadiran pandemi ini seharusnya meningkatkan kredit bermasalah (non performing loan/NPL). 

Namun, karena kesigapan OJK dengan melonggarkan kolektabilitas, dan restrukturisasi kredit, perbankan bisa menekan laju NPL. Sehingga sampai dengan Mei 2020, NPL perbankan masih di level 3 persen.

Di sisi lain, Piter menilai, pemerintah punya iktikad baik dalam menjaga pemenuhan likuiditas bank dengan. Instrumennya, dengan menempatkan dana baik melalui bank jangkar maupun bank mitra. Hal ini didorong oleh keinginan pemerintah untuk membantu dunia usaha dan perbankan dalam menambah likuiditas perbankan. 

Baca juga : Hari Bhayangkara ke-74, Mahfud MD Harap Polri Tak Alergi Dikritik

Selain juga, saat ini koordinasi antara pemerintah dengan otoritas keuangan dan moneter terus diperkuat. Khususnya dalam meningkatkan kerja sama dan peran dalam menjaga likuiditas bank, sebagai bagian dari program pemulihan dan penguatan ekonomi nasional.

“Bank jangkar ini niat baik dari pemerintah sebenarnya. Karena seharusnya Bank Indonesia (BI) yang menginjeksi perbankan. Karena BI merupakan otoritas moneter yang mempunyai instrumen itu. Tetapi ini niat baik pemerintah,” pungkas Piter. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.