Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bisa Kerek Harga TBS, Petani Sawit Kudu Punya Pabrik Sendiri

Selasa, 18 Agustus 2020 13:35 WIB
Ilustrasi petani sawit. (Foto: Antara)
Ilustrasi petani sawit. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengembangan pabrik sawit petani baik skala kecil dan besar diharapkan mengefisienkan rantai pasok sehingga dapat mengerek harga beli Tandan Buah Segar (TBS). Dengan mengelola pabrik sendiri, petani maupun kelompok tani bisa memperoleh perlakuan harga TBS yang adil dan transparan.

Eks Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan mengatakan, ada hubungan linier antara luas perkebunan sawit dengan jumlah pabrik kelapa sawit. Karena semakin luas lahan maka produksi TBS semakin tinggi sehingga butuh pabrik sawit dalam jumlah banyak. 

“Sebagai contoh, Provinsi Riau memiliki luas lahan sawit 3,38 juta hektare dengan jumlah pabrik 181 unit,” ujarnya dalam Dialog Webinar Sesi Kedua UMKM Sawit bertemakan “Peluang Pengembangan Mini CPO Plant bagi UMKM Sawit” yang diselenggarakan Majalah Sawit Indonesia dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), akhir pekan lalu.

Redaksi Ahli Majalah Sawit Indonesia ini mengatakan, pabrik sawit petani sebaiknya memperhatikan keberlanjutan dalam kegiatan bisnisnya. Pengalaman menunjukkan tidak mudah bertahan menjaga keberlanjutan pabrik. Ada dua aspek penting keberlanjutan pabrik yaitu produksi dan pasar. 

Baca juga : Atasi Patek, Petani Cabe Bisa Gunakan Paket Agens Hayati

“Disinilah studi kelayakan sangat dibutuhkan sebelum pabrik dibangun. Jangan sampai sebatas semangat saja,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Antarjo Dikin mengatakan, sangat mendukung berdirinya pabrik sawit petani di Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Namun demikian memang harus diperhatikan sejumlah aspek pendukung seperti perizinan dan pembiayaannya.

“Pabrik sawit petani perlu memerhatikan aspek lingkungan dan sustainability, sehingga tidak terjadi persoalan limbah. Ini perlu menjadi perhatian,” ujarnya.

Ketua Masyarakat Biohidrokarbon Indonesia, Sahat Sinaga mengatakan, lahirnya katalis merah putih yang dikembangkan Institut Teknologi Bandung (ITB) memberikan potensi besar bagi pabrik sawit petani. Dengan harga sawit berfluktuasi tinggi, maka kebun dan pabrik berada dalam satu entitas. Selain itu, harus dilihat juga pilihan teknologi pabrik sawit untuk disesuaikan kondisi kebun.

Baca juga : Melambat, Kenaikan Harga Properti Residensial di Pasar Primer

Dengan berkembangnya pasar CPO, dijelaskan Sahat, pabrik petani harus dapat memilih produk yang akan dihasilkan. Jenis produk yang dapat dikembangkan adalah Industrial Vegetable Oil (IVO) dengan beragam benefit antara lain traga oil mill lebih efisien, biaya produksi rendah, dan dapat dipakai untuk kepentingan sektor energi antara lain pembangkit listrik dan Pertamina.

“Supaya pabrik berhasil, manajemen pabrik sebaiknya dikelola profesional. Bukan pengurus koperasi,” ujar Sahat.

Bentuk Koperasi

Peneliti Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Donald Siahaan mengatakan, format kelembagaan pabrik haruslah berbentuk korporasi bukan UMKM. Karena ini berkaitan ukuran kapasitas pabrik skala komersil idealnya di atas 30 ton TBS/jam. 

Baca juga : Tips Jaga Kesehatan Gigi Anak Berkebutuhan Khusus di Masa Pandemi

Disinilah perlu konsep baru pabrik sawit petani yaitu bahan baku berondolan dengan produk akhirnya tidk lagi CPO. Selain itu, lokasi pabrik tidak jauh dari industri energi maupun Kesehatan.

Ketua KUD Sawit Makmur, Samsul Bahri menjelaskan, pabrik yang sedang dibangun petani di Tanah Laut, Kalimantan Selatan, berkapasitas 45 ton TBS per jam. KUD Sawit Makmur menggandeng mitra dalam pembangunan pabrik yang membutuhkan investasi investasi sekitar Rp 200 miliar.

“Dalam kerja sama ini, saham yang dimiliki KUD Sawit Makmur sebesar 30 persen dan 70 persen milik mitra kami. Akhir tahun ini, pabrik bisa commissioning. Pabrik ini bertujuan menyejahterakan petani di wilayah kami,” ujarnya.

Menurutnya, berdirinya pabrik ini bertujuan membantu petani menjual hasil panennya. Selama ini, mereka kesulitan memasarkan hasil panen ke pabrik kelapa sawit terdekat karena pabrik yang ada mengutamakan hasil dari kebun inti dan plasma sendiri. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.