Dark/Light Mode

Kembangkan Digitalisasi Bank Sampah, Unilever Gandeng Google

Selasa, 25 Agustus 2020 14:57 WIB
Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia Tbk Nurdiana Darus/Foto: Merry Apriyani
Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia Tbk Nurdiana Darus/Foto: Merry Apriyani

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Unilever Indonesia Tbk membuktikan komitmennya untuk menangani permasalahan sampah plastik dari hulu ke hilir. Karena itu, Unilever Indonesia mendorong digitalisasi Bank Sampah agar masyarakat bisa memilah sampah dari rumah dan menyalurkan sampahnya dengan tepat.

“Sebagai pihak produsen, paling lambat 2025 Unilever secara global mampu mengurangi setengah dari penggunaan plastik baru, mempercepat penggunaan plastik daur ulang, serta mengumpulkan dan memproses kemasan plastik lebih banyak daripada yang dijualnya,” ungkap Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia Tbk Nurdiana Darus saat acara webinar.

“Semenjak 2008 hingga saat ini kami membina hampir 4 ribu unit bank sampah di seluruh Indonesia yang mampu menyerap 12.500 ton sampah per tahun,” tambahnya.

Baca juga : Demi Ceraikan Alexis Sanchez, MU Ikhlas Kuras Kantong

Maka dari itu, untuk meningkatkan laju daur ulang sampah plastik usai konsumsi, menurut Nurdiana, diperlukan kolaborasi banyak pihak. Mulai dari para produsen seperti Unilever, pemerintah hingga seluruh lapisan masyarakat.

Sepanjang Oktober 2019-20 Februari 2020, Unilever Indonesia bekerja sama dengan Sustainable Waste Indonesia (SWI) dan Indonesian Plastic Recyclers (IPR) melakukan studi mengenai rantai nilai sampah plastik, khususnya di Pulau Jawa.

“Masyarakat di perkotaan Pulau Jawa menghasilkan sekitar 189 ribu ton/bulan atau 6.300 ton/hari sampah plastik, dan hanya sekitar 11,83 persen atau kurang lebih 22 ribu ton/bulan yang dikumpulkan kemudian didaur ulang. Sekitar 88,17 persen masih diangkut ke TPA atau berserakan di lingkungan,” ungkap Direktur SWI Dini Trisyanti.

Baca juga : Astra Kembangkan 750 Desa Sejahtera Astra

Menurut Dini, penyerapan sampah plastik usai konsumsi masih sangat rendah, yakni baru sekitar 0,09 juta ton plastik per tahun dibandingkan dengan kapasitas daur ulang plastik nasional yang berada dikisaran 1,65 juta ton plastik per tahun. Dibutuhkan intervensi dan kolaborasi dari berbagai pihak untuk menjembatani kesenjangan ini, termasuk dari sisi teknologi dan inovasi.

Unilever Indonesia berharap studi ini akan bermanfaat bagi sesama pelaku industri di dalam mata rantai kemasan daur ulang, serta untuk lebih mempertajam strategi pengelolaan kemasan usai konsumsi sekaligus memetakan potensi ekonomi sirkulernya.

Untuk menggalakkan digitalisasi Bank Sampah, Unilever Indonesia berkolaborasi dengan Google mendampingi pebisnis Bank Sampah mendaftarkan diri di platform Google My Business (https://www.google.com/business/). Informasi mengenai Bank Sampah mereka akan muncul saat pengguna mencari nama bisnis atau nama bidang usaha di search engine dan Google Maps.

Baca juga : Beras Jangan Sampai Langka Dan Mahal Ya

“Kerja sama ini akan sangat membantu masyarakat untuk menemukan Bank Sampah secara online dengan mudah, sehingga pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan minat dan partisipasi masyarakat terhadap program Bank Sampah,” jelas Ketua Asosiasi Bank Sampah Indonesia Saharuddin Ridwan. [MER]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.