Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Prediksi Ekonomi Akan Resesi

Sri Mul Tak Berani Kasih Angin Surga

Rabu, 26 Agustus 2020 05:15 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Instagram/smindrawati)
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Instagram/smindrawati)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Keuangan Sri Mulyani bicara realistis soal nasib ekonomi sekarang. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini tak berani bicara "angin surga". Dia memprediksi, pertumbuhan ekonomi kita di kuartal III-2020 masih negatif. Sehingga resesi yang ditakutkan itu, akan datang juga.

Baca juga : Pulihkan Ekonomi, Impor Produk Industri Mau Dibatasi

Prediksi itu disampaikan Sri Mulyani dalam keterangan pers secara virtual tentang APBN, kemarin. Sri Mulyani mengatakan, skenario terburuk pertumbuhan ekonomi di kuartal III ada di kisaran 0 sampai minus 2 persen. Dengan proyeksi ini, artinya Indonesia akan masuk resesi, karena mengalami pertumbuhan negatif dua kuartal berturut-turut.
 
Proyeksi Sri Mulyani ini sedikit mengejutkan. Soalnya, sebelum-sebelumnya, dia masih terlihat optimis. Dia sangat yakin Indonesia bisa terhindar dari resesi. Kenapa berubah? Sri Mulyani menjelaskan, aktivitas ekonomi masyarakat dan dunia usaha memang sudah mulai pulih sejak Juni lalu. Namun, hal itu tak cukup kuat untuk berlanjut ke kuartal ketiga. Beberapa sektor usaha justru kembali negatif seperti saat di masa awal pandemi corona.
 
“Kami melihat di kuartal III, down side-nya ternyata tetap menunjukkan suatu risiko yang nyata. Negatif 2 persen karena ada pergeseran dari pergerakan yang terlihat belum sangat solid," jelasnya.
 
Sri Mul menerangkan, pertumbuhan negatif sangat mungkin lantaran tingkat konsumsi masyarakat masih sangat lemah meski mendapat bansos dari pemerintah. Tingkat konsumsi masyarakat tercatat minus 5,51 persen pada kuartal II-2020. Di sisi lain, realisasi anggaran bansos juga masih sangat rendah. Dari Rp 203,91 triliun yang dialokasikan, baru 45 persen atau sekitar Rp 93,1 triliun yang terealisasi. 

Baca juga : Ngomongin Pemulihan Ekonomi, Airlangga Ajak Bali Kembangin Hortikultura

Andaipun realisasi bansos besar, Sri Mul masih sangsi. Dia melihat, bansos tak cukup mampu mengungkit pertumbuhan ekonomi. Sebab, kelas menengah dan atas belum pulih belanja konsumsinya. “Kalau hanya dari bansos, growth (pertumbuhan) tinggi, tapi tetap tidak bisa mengembalikan fungsi konsumsi," jelasnya.
 
Sri Mul juga melihat kontribusi investasi masih belum maksimal. Di kuartal II, pertumbuhan investasi terkontraksi 8,61 persen. “Kuncinya adalah konsumsi dan investasi. Kalau konsumsi dan investasi masih di negative zone, meskipun pemerintah all out dari segi belanja, akan sangat sulit untuk masuk di dalam zona netral di nol persen di 2020 ini," terangnya.

Baca juga : Telkom Siap Jadi Kekuatan Ekonomi Digital Terbesar Di Asia Tenggara

Dengan kondisi ini, Sri Mulyani memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan berada di kisaran minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen. Tergantung pada kuartal ketiga dan keempat nanti. “Apakah mereka bisa kembali pada zona netral minimal atau bahkan sedikit positif," ungkapnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.