Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RI Miliki Cadangan Nikel Terbesar Dunia
Bentuk Holding, Empat BUMN Kembangkan Industri Baterai
Sabtu, 17 Oktober 2020 07:07 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merealisasikan misinya untuk meningkatkan nilai tambah hasil tambang. Empat perusahaan pelat merah tengah membentuk Holding Indonesia Battery, untuk menggarap cadangan nikel Indonesia yang disebutsebut terbesar di dunia.
Keempat perusahaan itu Holding BUMN Pertambangan MIND ID, Holding BUMN Migas PT Pertamina Persero, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero. Dan, PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, anak usaha MIND ID. Antam akan dilibatkan secara langsung ke dalam Holding Indonesia Battery ini.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan, pembentukan Holding Indonesia Battery merupakan inisiasi Menteri BUMN Erick Thohir pada Februari 2020, dengan menunjuk Komisaris Utama PT Inalum Agus Tjahjana Wirakusuma, sebagai ketua tim. “Tujuan pembentukan holding, untuk menjadikan Indonesia sebagai hub untuk kebutuhan produksi baterai kendaraan,” ungkap Orias di Jakarta secara virtual, Kamis (15/10).
Baca juga : Anak Buah Erick Pastikan Proses Merger Jalan Terus
Dia mengungkapkan, holding di bentuk untuk mengelola industri baterai EV di Indonesia secara terintegrasi dari hulu hingga ke hilir. Pada bagian hulu, Nanti Antam yang akan menjadi pemasok bahan baku. Kemudian, di hilir akan digarap Pertamina dan PLN.
Menurutnya, pembentukan holding ditargetkan selesai dua bulan ke depan. “Sekarang kami sedang menyelesaikan persoalan legal formalnya saja. Kalau Pak Menteri (Erick Thohir) setuju, minggu ini bisa dipercepat pembentukannya,” terangnya.
Ia menuturkan, melalui holding ini, perusahaan pelat merah akan membangun pabrik pengolahan nikel dengan metode High Pressure Acid Leaching (HPAL), dan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).
Baca juga : Lima BUMN Sepakat Sinergikan Bisnis Hotel
Disebutkannya, ada tiga lokasi yang tengah dipertimbangkan untuk membangun pabrik yakni di Halmahera, Maluku Utara, atau Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dan Papua.” Estimasi investasi pembangunan pabrik mencapai 3 miliar dolar AS (setara Rp 44 triliun). Kami perkirakan butuh dua atau tiga tahun pembangunan nya. Nanti tim yang memutuskan wilayahnya,” terangnya.
Secara keseluruhan kebutuhan investasi untuk proyek holding, lanjut Orias, diperkirakan mencapai 12 miliar dolar AS (setara Rp 177 triliun). Bahkan, bisa mencapai 20 miliar dolar AS (Rp 296 triliun).
Menurutnya, saat ini ada dua mitra yang telah menyatakan minatnya untuk investasi, yakni Contem porary Amperex technology Co. Ltd (CAtL) dari China dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya