Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Real Madrid, Athletic Dan Villareal Masih Tempel Barcelona
- Arsenal Tertahan, Liverpool Tunda Pesta Kemenangan
- Mantan Presiden Korsel Moon Jae-in Didakwa Terima Suap Gara-Gara Menantu
- Innalillah! Raminten Meninggal Dunia, Ini Sejarah Dan Sosok Dari Nama Ikonik Itu
- Rosan Luruskan Fakta: LG Tidak Mundur Tapi Diputus, Penggantinya Huayou

RM.id Rakyat Merdeka - Ekonomi Indonesia resmi masuk jurang resesi. Kepastian itu setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III minus 3,49 persen. Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani tetap tenang. Sementara rakyat kecil tegang karena harus makin mengencangkan ikat pinggang.
Resesi adalah kondisi pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut minus. Nah, pertumbuhan Indonesia mengalami minus berturut-turut. Pada kuartal II minus 5,32 persen dan kuartal III minus 3,49 persen. Dan ini menjadi resesi pertama bagi Indonesia setelah 1999.
Baca juga : Ekonomi Power Liquid Luncurkan dua Varian
Sebenarnya, kabar ekonomi Indonesia resesi bukan hal mengejutkan. Pemerintah dan pengamat sudah memprediksinya. Sebab, indikasi ke arah sana memang sudah terlihat dari kondisi ekonomi yang terhenti karena kena dampak pandemi Covid-19. Dimana banyak daerah yang melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penularan Covid-19. Dampaknya kegiatan ekonomi berhenti.
Laporan BPS tersebut lebih buruk dari prediksi Presiden Jokowi. Saat itu, Jokowi menduga pertumbuhan bisa mencapai minus 3 persen. Begitu juga dengan Sri Mulyani yang bahkan berharap ekonomi tumbuh ke level minus 2,9 persen.
Baca juga : Beasiswa Pendidikan Untuk Rakyat Kecil Perlu Diperluas
Pengumuman Indonesia resesi disampaikan kepala BPS, Suhariyanto saat memaparkan Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan melalui akun YouTube BPS, kemarin.
Dalam kesempatan itu, dia ditemani jajarannya. Suhariyanto mengatakan, meski pertumbuhan ekonomi kuartal III minus 3,49 persen, tapi lebih baik jika dibandingkan kuartal sebelumnya yang minus 5,32 persen. “Ini memperlihatkan ekonomi sudah mengalami perbaikan,” ujarnya.
Baca juga : Ekonomi Mulai Pulih, Menkeu Happy
Lalu Suhariyanto membeberkan penyebabnya. menurut dia, yang membuat ekonomi kuartal III minus karena konsumsi rumah tangga minus 4,04 persen. Padahal pertumbuhan ekonomi masih banyak disumbang konsumsi rumah tangga. “Bobotnya besar sekitar 57 persen,” ucap Suhariyanto.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya