Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Investor Buru Dolar AS, Rupiah KO Lagi

Selasa, 19 Januari 2021 10:02 WIB
Nilai tukar rupiah. (Foto: Khairizal Anwar/RM)
Nilai tukar rupiah. (Foto: Khairizal Anwar/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Nilai tukar rupiah pagi ini dibuka melemah 0,21 persen berada di posisi Rp 14.074 per dolar AS dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, Rp 14.070 per dolar AS.

Sebaliknya, mayoritas mata uang di kawasan Asia justru terpantau menguat terhadap dolar AS. Bath Thailand menguat 0,21 persen, dolar Singapura naik 0,17 persen, won Korea Selatan menguat 0,17, ringgit Malaysia naik 0,12 persen, dan dolar Taiwan menguat 0,07 persen.

Baca juga : Dolar AS Menguat, Rupiah Butuh Vitamin

Indeks dolar AS terhadap enam mata uang saingannya bergerak turun dari level tertinggi 90,95 dan diperdagangkan di sekitar 90,700.  Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro juga melemah 0,68 persen di level Rp 17.026, terhadap dolar Australia turun 0,89 persen Rp 10.851 dan terhadap yuan China melemah 0,60 persen ke level Rp 2.169.

Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk, Adrian Panggabean mengatakan, pelemahan rupiah karena ada faktor eksternal dari aksi jual investor dilakukan karena mata uang dolar AS yang sedang banyak diburu menjelang pelantikan Joe Biden.  

Baca juga : Dolar Menguat Lagi, Rupiah Babak Belur

Rupiah masih akan dipengaruhi proses konsolidasi pasar saham sebelum dilantiknya Presiden Joe Biden,” katanya dalam riset, Selasa (19/1).

Ia memperkirakan, rerata tahunan rupiah berpotensi menguat sekitar 5-6 persen dibanding 2020, sehingga mencapai 13.750 per dolar AS.

Baca juga : Pemkot Bogor Tutup Jalan Sudirman Dari Sore Hingga Pagi

Prospek penguatan mata uang Garuda ini dan valuasi obligasi yang saat ini masih di kisaran wajar, ditambah dengan partisipasi Bank Indonesia (BI) di pasar primer (lewat mekanisme SKB-1) berpotensi membawa rerata tahunan yield obligasi 10 tahun kearah 5,9 persen di 2021, atau turun 100 bps dibanding 2020. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.