Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Lonjakan Permintaan Listrik Usai Pandemi Kudu Diantisipasi Dari Sekarang

Senin, 1 Februari 2021 09:27 WIB
Pembangkit listrik. (Foto: Ist)
Pembangkit listrik. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro, menyatakan, usai pandemi Covid-19 nanti kebutuhan permintaan listrik akan melonjak. Hal itu harus diperhatikan dari sekarang. Dia menyebut banyak pihak sudah mulai optimistis sektor industri akan tumbuh kembali positif (rebound). "Industri akan tumbuh kembali setelah pandemi usai," ujar Komaidi dalam keterangan persnya, dikutip Senin (1/ 2).

Penanganan Covid-19 yang makin massif dilakukan pemerintah hingga program vaksinasi, diyakininya akan mempercepat pengendalian pandemi. Saat pandemi selesai diprediksi kebutuhan ketenagalistrikan bakal meningkat.

Energi listrik menjadi kebutuhan mendasar yang sudah semestinya diantisipasi mulai sekarang ketika program vaksin ini tengah berjalan. "Ketika pandemi usai, industri tumbuh, aktivitas masyarakat pulih, konsumsi listrik pasti dengan cepat akan pulih dan bahkan naik," yakinnya.

Bahkan, lanjut dia, di tahun ini kondisi dunia usaha diperkirakan akan membaik usai berhasilnya program vaksinisasi di tahun ini. Kondisi tersebut menuntut pasokan listrik yang cukup.

Baca juga : Ringankan Peradangan Dengan Konsumsi Makanan Alami

Dia menyarankan pemerintah untuk cepat merampungkan pelaksanaan program penyediaan listrik 35 ribu Megawatt (MW) yang telah lama dicanangkan. Salah satu dasar pembangunan pembangkit listrik dalam proyek nasional penyediaan energi listrik 35 ribu MW adalah asumsi pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen ke atas. "Pandemi kemudian menghapus asumsi pertumbuhan itu," katanya.

Selain itu, rencana pemerintah yang ingin menghentikan pembangunan PLTU dengan total daya 15,5 GW pada RUPTL 2021-2030, dinilainya harus dikoreksi secara moderat.

Sementara, Anggota Komisi VII DPR Mulyanto menyebutkan permintaan listrik sebelum Covid-19 hanya tumbuh di bawah 5 persen. Angkanya semakin merosot setelah musibah covid-19 melanda. Menurut Mulyanto, proyek 35 ribu MW harus tetap jalan. Namun, rescheduling perlu melihat dinamika ekonomi untuk dilakukan.

Mulyanto menyebut di tengah kondisi surplus listrik karena berkurangnya pemakaian akan berdampak pada keuangan PLN. Sebab itu dia juga menilai bahwa kebutuhan terhadap PLTU tidak terhindarkan. Selain biaya murah, terdapat alasan lain berupa cadangan batu bara yang melimpah.

Baca juga : Direksi BRI Dan Mandiri Pede Bakal Rebound

Kementerian Perindustrian mengamini ada tren perbaikan investasi dan proyeksi lonjakan pascapandemi. Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Iklim Usaha dan Investasi Imam Haryono mengakui, sepanjang 2020 pertumbuhan sektor industri masih terkontraksi.

Tetapi, dia menegaskan bahwa tren perbaikan tetap ada. Sepanjang tahun lalu, pertumbuhan diperkirakan terkontraksi sebesar minus 2,22 persen. "Dari sisi persepsi pelaku industri, ada indikator penting yaitu PMI," ujarnya, di kesempatan terpisah.

PMI atau Purchasing Managers' Index sendiri adalah indikator ekonomi yang dibuat dengan melakukan survey terhadap sejumlah Purchasing Manager di berbagai sektor bisnis. Makin tinggi angka PMI, makin menunjukkan optimisme pelaku sektor bisnis tersebut terhadap prospek perekonomian ke depan. 

Indeks PMI Indonesia memang terus membaik sejak September tahun lalu. Di Desember, PMI naik signifikan menjadi 51,3. Imam menyebutkan, tren ekspansi sektor industri dan penikangkatan nilai PMI adalah modal penting dalam menggenjot pertumbuhan sektor industri di tahun 2021. "Pada 2021, diproyeksikan semua subsektor industri mampu tumbuh positif," imbuh Imam.

Baca juga : BUMN Buru Dana Lewat Surat Utang

Kondisi pandemi Covid-19 yang menekan pertumbuhan sektor manufaktur nampaknya tidak banyak mempengaruhi sisi investasi di sektor ini. Kontraksi investasi di Indonesia cukup rendah bila dibandingkan negara ASEAN lainnya di tengah pandemi. Terdapat rencana relokasi beberapa pabrik dari China yang membuktikan bahwa Indonesia menjadi salah satu destinasi investasi pasca pandemi covid-19.

Kemenperin menargetkan realisasi penanaman modal di sektor industri manufaktur pada tahun 2021 mencapai Rp 323,56 triliun, naik 18,56 persen dari realisasi 2020 sebesar Rp 272,9 triliun. Optimisme ini didukung dengan implementasi Undang-Undang Cipta Kerja dan perbaikan perekonomian dunia pasca-vaksinasi. Karenanya, semua infrastruktur yang dibutuhkan, termasuk listrik harus terpenuhi dengan pasokan yang stabil. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.