Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pengembangan EBT Perlu Sinkronisasi Secara Bertahap

Kamis, 3 Juni 2021 00:28 WIB
Menteri BUMN, Erick Thohir
Menteri BUMN, Erick Thohir

RM.id  Rakyat Merdeka - Proyek Energi Baru Terbarukan (EBT) perlu uang dan pemanfaatan energi fosil yang selama ini dinikmati Indonesia membutuhkan sinkronisasi dengan proyek energi bersih agar tidak terjadi konflik.

"Kita harus melakukan sinkronisasi dan bertahap karena perubahan dari energi fosil ke energi baru terbarukan perlu uang dan investasi," kata Menteri BUMN, Erick Thohir, dikutip Rabu (2/6).

Mantan bos Inter Milan ini menerangkan, bahwa pengoperasian pembangkit energi fosil tidak bisa dihentikan seketika, tetapi harus terjadwal berdasarkan peta jalan yang disusun Pemerintah.

Baca juga : Gandeng PUPR, Pemkab Tangerang Bangun Perumahan Skala Besar

Selama masa peralihan energi, kata dia, Indonesia harus membangun pembangkit EBT untuk menggantikan pembangkit energi fosil yang pensiun.

Pemerintah mengumumkan, bahwa secara bertahap akan menghentikan operasional pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan fokus mengembangkan energi baru terbarukan.

Pada 2060 Indonesia diharapkan bisa mencapai target nol emisi karbon melalui pemanfaatan energi ramah lingkungan. "Kita harus bangun energi terbarukan dan ini yang harus disinkronisasikan, enggak bisa langsung mati," ujar Erick.

Baca juga : Pengamat: Jangan Berakrobatik Dalam Mengaktualisasikan Pancasila

Dia mengatakan, Indonesia saat ini memerlukan dukungan pendanaan dari penjualan sawit dan batu bara dalam bentuk devisa untuk dipakai membangun pembangkit EBT.

Namun embargo kelapa sawit yang dilakukan banyak negara karena komoditas itu dianggap menjadi penyumbang penyusutan hutan tropis membuat permintaan ekspor turun.

Selain itu, kata dia, komitmen negara-negara dunia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca melalui upaya mengurangi konsumsi batu bara turut berdampak terhadap neraca ekspor batu bara Indonesia.

Baca juga : Menpora Ingin Organisasi Kemahasiswaan Dikelola Secara Digital

"Sekarang pemasukan yang terbesar Indonesia dalam mencari dolar adalah sawit dan batu bara. Selama ini bermanfaat, kami harus melakukannya. Ini bukan berarti kami anti green economy," ujar Erick. 

Sebagai diketahui, Indonesia memiliki sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) yang melimpah dari mulai air, matahari, angin, panas bumi, hingga gelombang laut dengan potensi skala nasional mencapai 417 gigawatt, namun pengembangannya belum maksimal hanya 2,75 persen atau sekitar 11,5 gigawatt. [MFA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.