Dark/Light Mode

Kinerja Ekspor Tumbuh Positif, Neraca Perdagangan Surplus

Rabu, 6 Oktober 2021 21:15 WIB
Anggota DPR Achmad Baidowi/Ist
Anggota DPR Achmad Baidowi/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Neraca perdagangan Indonesia yang terus tercatat surplus, membawa angin segar buat perekonomian nasional. Apalagi, ini terjadi di tengah kondisi yang tak normal akibat pandemi. 

Berangsur pulih sejumlah sektor usaha yang berorientasi ekspor, bisa dibilang jadi katalis positif surplusnya neraca perdagangan Indonesia yang cukup agresif.  

Berbagai pihak mengapreasiasi upaya Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang diyakini membuat tren itu akan terus berlanjut. 

“Kalau berdasarkan data BPS, ekspor kita surplus ketika masa pandemi khususnya di bidang farm oil dan beberapa kebutuhan lain. Memang tidak sebagus sebelum pandemi, tetapi jika dibandingkan dengan negara lain, itu sudah bagus,” kata Anggota Komisi VI DPR Achmad Baidowi kepada wartawan, Rabu (6/10).

Menurut Baidowi, kinerja ekspor yang terus tumbuh menopang cukup signifikan pertumbuhan ekonomi. Dia mencatat, kontribusi ekspor terhadap total ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto/PDB) mencapai 17 persen.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia Agustus 2021 mencapai 4,74 miliar dolar AS, tertinggi sejak Desember 2006.

Suplus di Agustus 2021 merupakan surplus neraca perdagangan Indonesia ke 16 secara beruntun sejak Mei 2020.

Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Agustus 2021 tercatat surplus 19,17 miliar dolar AS. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2020 sebesar 10,96 miliar dolar AS, bahkan tertinggi dibandingkan lima tahun terakhir.

Catatan saja, surplus dagang sepanjang tahun 2020 tercatat sebesar 21,74 miliar dolar AS. Dengan waktu yang masih tersisa 4 bulan lagi, sangat besar terbuka peluang, surplus tahun ini bakal melampaui capaian tahun lalu.

Baca juga : Belajar Poros Maritim Dari Perjuangan Ratu Kalinyamat

Dewan melihat, pemulihan permintaan di negara tujuan ekspor utama, yakni China dan AS jadi momentum kenaikan ekspor Indonesia. Belum lagi, harga komoditas ekspor khususnya perkebunan kelapa sawit (CPO) dan pertambangan terus membaik.

“Ekspor kelapa sawit naik 45,3 persen sepanjang Januari-Maret 2021. Ekspor batubara naik 8,4 persen di periode yang sama. sektor pertambangan yang mengalami penurunan tajam tahun 2020 diperkirakan tahun ini juga mulai tumbuh positif,” tutur Baidowi.

Selain itu, industri manufaktur tercatat sudah membaik dengan indikator Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang mencapai 53,2 pada Maret 2021. 

Dia menjelaskan, PMI sudah berada di atas angka 50, artinya perusahaan mulai ekspansi dengan membeli bahan baku yang lebih banyak.

Melihat semua paramater tersebut, Baidowi menilai, target pertumbuhan ekonomi versi pemerintah sebesar 7 persen seperti pada kuartal kedua 2021, sangat rasional dan berpotensi besar tercapai.

“Dengan catatan, vaksinasi berjalan lancar sesuai target. Belanja pemerintah juga tetap konsisten membantu sektor usaha dan masyarakat yang rentan. Kemudian, kinerja ekspor membaik dan industri manufaktur masuk pada fase ekspansi,” jelas Baidowi.

Di sisi pelaku ekonomi,  Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani sepakat dengan keyakinan Kemendag akan surplusnya neraca perdagangan.

Dia mendukung optimisme Kementerian yang dikomandoi Muhammad Lutfi itu. 

Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga memperkirakan surplus neraca dagang Indonesia tahun ini akan melampaui realisasi pada tahun lalu. Artinya, nilai surplus diproyeksi bakal lebih dari 21,73 miliar dolar AS yang merupakan realisasi pada Januari-Desember 2020. 

Baca juga : KPK Minta Komitmen Kepala Daerah Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

Proyeksi ini berasal dari realisasi surplus dagang Indonesia yang sudah mencapai 19,17 miliar dolar AS pada Januari-Agustus 2021. 

“Optimis-optimis, harus bisa. Karena potensi kesempatannya ada. Jadi, Indonesia dianggap mata dunia makin baik reputasinya dari sisi delivery, harga mulai kompetitif, kualitas juga bagus,” cetus Haryadi.

Hariyadi tak segan mengapresiasi sejumlah langkah yang dilakukan Menteri Lutfi dan jajarannya di tengah situasi yang tidak normal.

“Menurut saya bagus ya, karena situasinya betul-betul tidak normal. Apa pun yang dilakukan dengan situasi tidak normal itu, tentu tingkat kesulitannya tinggi,” ucapnya.

Menurutnya, selain faktor-faktor di atas, Indonesia sejatinya juga diuntungkan dengan situasi perdagangan Amerika dan China dan negra-negara lain yang sibuk dengan urusan penanganan Covid-19. Dia melihat, semua peluang ini dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah.

Namun, Hariyadi menyarankan pemerintah tak cepat puas. Penetrasi pasar ASEAN masih terbuka lebar untuk ditingkatkan. Begitu juga pasar Australia yang sudah memiliki perjanjian perdagangan dengan Indonesia.

Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Soetrisno menuturkan, lonjakan perdagangan yang terjadi saat ini berbanding lurus dengan penurunan kasus covid-19 yang juga diupayakan oleh pemerintah.

“Dukungan pemerintah terhadap Dunia usaha sudah banyak melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) termasuk terhadap UMKM," tukas Benny.

Pembukaan Pasar

Baca juga : Tumbuh Positif, Sektor Kehutanan Bantu Ekonomi Saat Pandemi

Selain pembenahan di dalam negeri, kinerja ekspor yang melonjak sebenarnya juga tak terlepas dari hasil diplomasi dan pembukaan akses perdagangan. 

Benny membenarkan, salah satu alasan melonjaknya kinerja ekspor Indonesia adalah karena terbukanya akses pasar ke beberapa negara tujuan ekspor non-tradisional.

"Kementerian Perdagangan membuka akses pasar ekspor ke beberapa negara non-traditional. Di antaranya Afrika, Eropa tengah, dan Amerika Selatan, sehingga terjadi lonjakan ekspor," kata Benny yang dihubungi di Jakarta, Rabu (6/10).

Ekonom UI Telisa Aulia Falianty berpendapat senada. Optimisme Kementerian Perdagangan sangat beralasan. 

Dia setuju dengan pernyataan kemendag yang optimis neraca perdagangan tahun 2021 tetap positif. 

“Sangat realistis karena surplus perdagangan ini terkait naiknya harga komoditas, dan volume ekspor juga meningkat,” ujarnya saat dihubungi wartawan, Rabu (6/10/2021).

Associate Professor FEB UI ini mengatakan, sejumlah faktor mendukung surplus perdagangan ini, antara lain pandemi. Pasalnya, komoditas global yang biasanya lancar, terkendala karena covid.

“Permintaan meningkat di bidang energi dan komoditas makanan minuman, sehingga ini menjadi semacam bless in disguise (berkah dalam kesusahan). Meski karena PPKM, impor kita turun drastis. Jadi, ini campur, ada promosi ekspor oleh pemerintah, ada faktor global,” tuturnya. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.