Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
UMB Bersama USM Edukasi Remaja tentang Bahaya Pornografi pada Media Sosial YouTube
Selasa, 23 Maret 2021 14:22 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Pandemi Covid-19 membuat remaja yang mengakses media sosial Youtube meningkat, namun mengakses media sosial tanpa didampingi orang tua dapat menimbulkan kesalahpahaman terutama tayangan yang mengandung unsur pornografi karena dapat menyerang kejiwaan remaja.
Hal tersebut dikatakan dosen Komunikasi Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta Dr. Nur Kholisoh, M.Si, pada acara Program Pengabdian pada Masyarakat (PPM) bersama Dr. Mohamad Saifudin Mohamad Saleh, dosen Komunikasi Universiti Sains Malaysia (USM) bekerjasama dengan SMA Global Islamic School 2 Tangerang.
Baca juga : Perkuat Food Estate, Kementan Berikan Pendampingan Maksimal
"Masalah sosial yang juga terjadi di masyarakat Indonesia saat ini adalah masalah yang terkait dengan dampak pornografi di media sosial yang dapat berdampak buruk bagi remaja" tutur Nur Kholisoh dihadapan puluhan siswa SMA Global Islamic School 2 secara daring (8/3).
Dengan tema "Literasi Media di Kalangan Remaja Preventif terhadap Dampak Pornografi pada Media Sosial YouTube," lebih lanjut Nur Kholisoh mengemukakan bahwa bukan hanya narkoba yang mengandung zat adiksi, pornografi juga membuat penikmatnya ketagihan/kecanduan. Bagi remaja, kecanduan situs porno (cybersex) akan membuat ritme belajar menjadi kacau. Secara umum, kecanduan situs porno akan berdampak negatif terhadap karakter seseorang.
Baca juga : Vokasi UI Akan Buka Program Studi Produksi Media Jenjang D 4
Menurut hasil survei Komisi Perlindungan Anak (KPA) terhadap 4.500 remaja mengungkap, 97 persen remaja pernah menonton atau mengakses pornografi dan 93 persen pernah berciuman bibir. Layaknya kecanduan bahan kimia, pecandu pornografi cenderung menggantikan sesuatu hal yang penting dengan seks atau bentuk lain dari pornografi. Orang yang kecanduan pornografi biasanya menggunakan media seperti majalah, video porno atau yang paling sering adalah internet
Hal senada dikatakan Dr. Mohamad Saifudin Mohamad Saleh, kurangnya perhatian orang tua saat anak membuka media sosial youtube yang sekarang sangat mudah bisa diakses di smartphone, membuat remaja mudah mengakses pornografi.
Baca juga : Klub Literasi Sekolah Dorong Peningkatan Budaya Membaca dan Menulis Siswa
"Untuk itu edukasi tentang bahaya pornografi, perhatian orang tua, teman dan penanaman nilai-nilai agama akan membentengi remaja dari mengakses pornografi," jelasnya.
Nur Kholisoh menambahkan, Setelah mendapatkan edukasi tentang dampak pornografi, diharapkan para remaja dapat lebih mengetahui dan memahami tentang bahaya dan dampak negatif pornografi yang ada di media social, khususnya YouTube. [ARM]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya