Dark/Light Mode

Stigma Negatif Masyarakat Hambat Eliminasi HIV AIDS Di Indonesia

Kamis, 2 Desember 2021 22:58 WIB
Stigma Negatif Masyarakat Hambat Eliminasi HIV AIDS Di Indonesia

RM.id  Rakyat Merdeka - Sampai saat ini masalah infeksi HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dunia maupun Indonesia. 

Berdasarkan data permodelan epidemi HIV dengan aplikasi Asian Epidemic Modeling dan Spectrum diperkirakan ada sekitar 543.100 ODHIV yang tersebar di Indonesia.

Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk melakukan eliminasi AIDS pada 2030 mendatang. Komitmen tersebut tercermin dalam target 95-95-95 yakni 95 persen pertama ODHIV mengetahui status HIV, 95 persen kedua ODHIV mendapatkan terapi obat ARV, 95 persen ketiga semua ODHIV yang udah dapat obat ARV mengalami penurunan viral load.

Baca juga : Bamsoet Cek Kesiapan Kertajati Jadi Bandara Pusat Logistik Indonesia

“Usaha yang kita lakukan secara komprehensif ini berdasarkan status kesehatan orang-orang tersebut. Ini membuat kita tidak melakukan diskriminasi dan mengutamakan Hak Asasi Manusia agar semua ODHA mendapatkan akses yang baik di bidang kesehatan,” kata Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono pada Puncak Peringatan Hari AIDS Sedunia 2021 di Jakarta, dikutip kemenkes go.id.

Kendati upaya eliminasi HIV AIDS terus diperkuat, namun capaian eliminasi HIV AIDS di Indonesia masih jauh dari target. 

Wamenkes menilai ada sejumlah penyebab yang menghambat upaya eliminasi HIV AIDS di Indonesia di antaranya jumlah fasyankes yang mampu melakukan skrining HIV belum merata, serta rendahnya kesadaran ODHIV melakukan pengobatan ARV.

Baca juga : Animo Vaksin Tinggi, Masyarakat Ogah Kemakan Hoax

“Saat ini kita belum mencapai 3 target eliminasi tersebut, khususnya target pengobatan dan target surpresi viral loadnya. Ini karena belum tersedianya fasyankes yang merata untuk melakukan tes dan pengobatan HIV AIDS, tingginya lost to follow up pada pasien HIV AIDS sehingga pengobatan belum optimal,” terangnya.

Dari target triple 95 persen, dilaporkan baru ada 75 persen ODHA yang mengetahui status HIV, dan baru 39,6 persen ODHIV yang mendapatkan obat ARV. Selain itu baru 32,4 persen ODHIV yang mendapatkan ARV sudah mengalami penurunan turun viral load.

Masih rendahnya target eliminasi ini, menurut wamenkes juga dipengaruhi stigma dari keluarga, petugas kesehatan maupun masyarakat luas terhadap ODHIV. Minimnya dukungan dari orang sekitar turut berdampak pada rendahnya tingkat kepatuhan ODHIV melakukan pengobatan ARV.

Baca juga : Cegah Omicron Menyebar, Masyarakat Harus Patuh Dan Waspada!

Padahal orang dengan HIV tentu memerlukan dukungan untuk tidak menghentikan pengobatan tanpa indikasi medis dan tetap semangat karena dengan ARV, tetap dapat berkarya dengan baik.

“Ini akan memberikan refleksi kita untuk melakukan upaya yang terbaik di masa yang akan datang, sehingga kita bisa melakukan optimalisasi dan sinergisme di antara kelembagaan dan kita bisa menempatkan pasien ODHA di tempat strategis dan sebaik-baiknya bedasarkan hak asasi yang mereka miliki,” pungkasnya. [MFA]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.