Dark/Light Mode

Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Tingkatkan Literasi Masyarakat

Kamis, 24 Maret 2022 20:01 WIB
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (atas) dalam Kegiatan Sosialisasi Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, Kamis (24/3). (Foto: Dok. Perpusnas)
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (atas) dalam Kegiatan Sosialisasi Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, Kamis (24/3). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) berupaya meningkatkan literasi masyarakat melalui kebijakan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, mengatakan bahwa program ini merupakan langkah konkret yang sejalan dengan visi Presiden Jokowi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Buku cetak dan digital sangat berperan penting. Sebab, tulisan yang ada di dalamnya mampu menginvasi pemikiran yang lebih dahsyat 1.000 kali daripada perang fisik. Tidak ada teori lain untuk menyerap ilmu pengetahuan dari buku tanpa membaca.

“Perpustakaan ke depan diharapkan mampu melayani masyarakat untuk menyajikan ilmu pengetahuan yang bisa mengubah nasib mereka, dengan menyediakan buku terapan yang sesuai dengan potensi daerah masing-masing,” ucapnya, dalam Kegiatan Sosialisasi Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, di Jakarta, Kamis (24/3).

Baca juga : Selain Bersih, Industri Panel Atap Bisa Serap Banyak Tenaga Kerja

Senada dengan itu, Team Leader Konsultan Pendamping Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial PT Markplus Inc, Erlyn Sulistyaningsih, menyampaikan bahwa akses terhadap informasi berkualitas yang diberikan kepada masyarakat oleh perpustakaan bertujuan untuk menghalau kemiskinan informasi. Ada tiga strategi yang perlu dilakukan untuk mendukung Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Yaitu meningkatkan kualitas layanan informasi melalui buku, komputer, dan internet; memfasilitasi kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat; dan bekerja sama dengan pihak lain untuk mendapatkan dukungan.

“Ini adalah anugerah untuk melakukan yang terbaik bagi masyarakat. Sebagai pejuang literasi yang mempunyai keyakinan, mari jadikan literasi sebagai gerakan sosial nasional, sehingga ke depan Indonesia bisa menjadi lebih baik,” ungkap Erlyn.

Sementara itu, Plt Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Subandi Sardjoko, menyatakan rasa bangganya akan perpustakaan yang tidak hanya sekadar menjadi tempat untuk menyimpan buku, namun memiliki banyak manfaat untuk sosial dan ekonomi masyarakat.

Baca juga : Inovasi Universitas Islam Jakarta Selama Pandemi Tingkatkan Prestasi

Program tersebut, kata Subandi, telah membuktikan bahwa perpustakaan berperan aktif dalam menciptakan SDM unggul, profesional, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab. Akan tetapi, untuk senantiasa mempertahankan kualitas program yang ada, perpustakaan tidak dapat bekerja sendiri. Perpustakaan harus melibatkan peran serta dari dinas lain di daerah.

“Dibutuhkan pengelola yang inovatif dan kreatif untuk mencari cara tentang bagaimana mentransfer, meningkatkan pengetahuan dan penerapannya. Sehingga fasilitas yang dihadirkan tidak hanya mengandalkan pemerintah melainkan juga dari pihak filantropi dan swasta,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Perpusnas, Joko Santoso, mengajak seluruh peserta sosialisasi untuk menjadikan perpustakaan sebagai bangku sekolah terakhir bagi masyarakat. Hal tersebut merupakan upaya untuk memberikan perubahan pengetahuan dan perilaku masyarakat melalui penguatan literasi individu, sehingga dapat memberikan peningkatan produktivitas dan kesejahteraan.

Baca juga : Frisian Flag Indonesia Komitmen Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca

“Program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial ini harus menyasar target agar mampu mengentaskan pengangguran dan mengurangi kemiskinan yang ada di Indonesia,” pungkas Joko.

Kegiatan Sosialisasi Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial tahun 2022 ini diikuti 34 provinsi, 170 kabupaten/kota, dan 96 perpustakaan desa penerima manfaat. Kegiatan digelar secara hybrid di empat lokasi yakni Jakarta, Batam, Surabaya, dan Makassar. Jumlah peserta luring sebanyak 440 peserta, yaitu 104 peserta di Jakarta, 88 peserta di Batam, 111 peserta di Surabaya, dan 137 peserta di Makassar. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.