Dark/Light Mode

Ini Alasan Pemerintah Longgarkan Pemakaian Masker Dan Hapus Tes PCR/Antigen Bagi Yang Sudah Divaksin Lengkap

Selasa, 17 Mei 2022 20:38 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers virtual, Selasa (17/5). (Foto: YouTube)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers virtual, Selasa (17/5). (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin  memberikan penjelasan, terkait keputusan pemerintah melonggarkan pemakaian masker di luar ruangan. Sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi dalam keterangan virtual, yang ditayangkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (17/5).

Menkes menyebut, pelonggaran tersebut merupakan salah satu bagian dari program transisi dari pandemi ke endemi, yang disiapkan pemerintah secara bertahap. 

Menurutnya, salah satu aspek terpenting dalam transisi dari pandemi ke endemi di samping data saintifik adalah pemahaman masyarakat, bahwa tanggung jawab itu ada di diri masing-masing.

"Sekuat apa pun negara mengatur masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, tetap yang paling baik adalah kesadaran hidup sehat yang dimiliki masing-masing individu," ujar Menkes dalam konferensi pers virtual Pelonggaran Kewajiban Pemakaian Masker dan Aturan Perjalanan Dalam dan Luar Negeri, yang disiarkan kanal YouTube BNPB Indonesia, Selasa (17/5).

 "Dari semua pandemi dalam sejarah kehidupan manusia, transisi terjadi apabila masyarakat sudah menyadari bagaimana caranya melakukan protokol hidup sehat, bagi dirinya dan keluarganya masing-masing," imbuhnya.

Menkes pun menjelaskan hal-hal yang melatarbelakangi pemerintah untuk melakukan transisi secara bertahap.

Baca juga : Jokowi Longgarkan Pemakaian Masker, Tak Ada Lagi Tes PCR/Antigen Bagi Yang Sudah Divaksin Lengkap

Pertama, kenaikan kasus Covid-19 dipicu oleh kemunculan varian baru.

"Kejadian di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Jepang, dan yang sekarang sedang tinggi seperti di Taiwan dan China, itu karena ada varian baru Omicron BA.2," ujar Menkes.

Yang menarik, kejadian di beberapa negara seperti India dan Indonesia, ternyata BA.2 sudah dominan juga di Indonesia. Namun, bedanya, di India dan Indonesia tidak terlihat adanya kenaikan kasus yang tinggi akibat kemunculan varian baru tersebut.

"Imunitas masyarakat di India dan Indonesia terhadap varian baru, sudah relatif cukup baik," ucap Menkes.

Kedua, sero survei dalam dua periode menunjukkan hasil yang baik.

Pada periode November 2021, sebanyak 93 persen masyarakat di Jawa Bali ternyata sudah memiliki antibodi SARS CoV-2. Antibodi ini didapat melalui vaksinasi dan infeksi.

Baca juga : Kapolri Jamin Polisi Berikan Pelayanan Maksimal Hadapi Arus Balik Lebaran

Sebelum mudik Lebaran, tepatnya pada Maret 2022, pemerintah kembali melakukan survei untuk grup orang yang sama.

"Hasilnya, ternyata naik dari 93 persen menjadi 99,2 persen. Ini tentu tak lepas dari percepatan vaksinasi yang dilakukan pemerintah, dan penyebaran Omicron yang masif. Sehingga, banyak masyarakat yang tertular,” beber Menkes.

Bagusnya lagi, survei tersebut tak hanya melaporkan tingginya persentase masyarakat yang memiliki antibodi SARS CoV-2. Tetapi juga titer antibodi yang meningkat.

Pada Desember 2021, titer antibodi masih dalam orde ratusan, sekitar 500-600. Untuk grup yang sama, titer antibodi meningkat ke orde ribuan. Sekitar 7.000-8.000.

"Ini tak hanya membuktikan bertambahnya jumlah masyarakat yang memiliki antibodi. Tetapi juga titer antibodi yang jauh lebih tinggi," tandas Menkes.

Hal ini terjadi karena banyak masyarakat Indonesia yang sudah divaksin, kemudian terkena Omicron. 

Baca juga : Tips Pertahankan Makan Gizi Seimbang Setelah Lebaran

"Hasil riset di seluruh dunia menunjukkan, kombinasi dari vaksinasi ditambah infeksi membentuk super immunity. Jadi kekebalannya tinggi dan bisa bertahan lama," tutur Menkes.

Sehingga, dapat disimpulkan, masyarakat Indonesia telah memiliki daya tahan terhadap varian baru yang saat ini tengah beredar di seluruh dunia. 

"Secara ilmiah, ini dibuktikan oleh sero survei. Secara realitas, ini dibuktikan oleh kasus yang menurun, untuk varian yang sama dibanding negara-negara lain seperti Taiwan, China, dan Amerika Serikat," papar Menkes.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.