Dark/Light Mode

Ini Komitmen Indonesia untuk Atasi Permasalahan Sampah Plastik Dunia

Minggu, 10 Juli 2022 12:30 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan saat berbicara di Konferensi Kelautan PBB atau United Nation Ocean Conference (UNOC) 2022, di Lisbon, Portugal, Kamis (30/6). (Foto: Dok. Kemenko Marves)
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan saat berbicara di Konferensi Kelautan PBB atau United Nation Ocean Conference (UNOC) 2022, di Lisbon, Portugal, Kamis (30/6). (Foto: Dok. Kemenko Marves)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marves) didukung Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) dan United Nations Development Programme (UNDP) membahas pentingnya aksi kolaborasi multi stakeholders untuk menyelesaikan permasalahan sampah laut secara global dalam Konferensi Kelautan PBB atau United Nation Ocean Conference (UNOC) 2022, di Lisbon, Portugal, Kamis (30/6). UNOC adalah konferensi kelautan tingkat internasional yang membahas tentang isu-isu kelautan dan lingkungan yang sedang dihadapi saat ini serta membahas terkait aktivitas ekonomi yang menekankan pada aspek kelautan yang berkelanjutan.

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, yang ditunjuk sebagai Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam UN Ocean Conference ini menyatakan, inovasi dan kolaborasi sangat penting dalam mengatasi masalah sampah plastik. "Indonesia dan negara-negara kepulauan berkomitmen untuk menjaga kelestarian laut,” ucap Luhut, seperti keterangan yang diterima redaksi, Minggu (10/7).

Konferensi Kelautan yang diselenggarakan bersama Pemerintah Kenya dan Portugal ini hadir di saat dunia sedang berusaha untuk mengatasi banyak masalah sampah yang mengakar di masyarakat. Hal tersebut membutuhkan transformasi struktural dan solusi bersama yang sesuai dengan SDGs. Konferensi ini berusaha untuk mendorong solusi inovatif berbasis sains yang sangat dibutuhkan untuk memulai babak baru pada aksi laut global.

Side event yang diselenggarakan pada Kamis (30/6) tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mendorong pengetahuan dan pemahaman yang lebih besar tentang masalah yang terkait dengan sampah plastik lintas batas. Pada kesempatan yang sama di UNOC 2022, Indonesia juga telah menyelenggarakan side event yang membahas mengenai rekomendasi upaya pemantauan sampah laut yang dilaksanakan pada Rabu (29/6).

Baca juga : Menlu AS: Kepemimpinan Indonesia Satukan G20

Dalam sambutannya, Luhut, yang juga merupakan Ketua Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL), berharap dengan adanya kegiatan ini dapat mempercepat kolaborasi regional, nasional, dan global untuk mengatasi masalah sampah plastik laut.

“Upaya penanganan sampah harus mampu memadukan model pengelolaan sampah dengan prinsip ekonomi sirkular untuk meningkatkan nilai ekonomi sampah plastik dan memfasilitasi pengembangan ekosistem hilir. Ini akan mempelopori aliran pendapatan baru untuk mengekstraksi nilai maksimum dari bahan termasuk kaca, kertas, logam, dan sampah plastik,” ujar Luhut.

Sampah plastik merupakan masalah global yang masih sukar dipecahkan. Banyak penelitian yang menunjukkan dampak merugikan dari sampah plastik terhadap keanekaragaman hayati, masyarakat, hingga ekonomi lokal dan nasional. Untuk mengatasi permasalahan ini, dibutuhkan perhatian nyata yang melibatkan para pemangku kepentingan untuk mengurangi sampah plastik di ekosistem.

Pemerintah pun telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Perpres ini mendukung komitmen Pemerintah untuk mengurangi 70 persen sampah plastik di laut pada 2025 dengan membentuk Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL).

Baca juga : Partisipasi Perempuan Di Era Ekonomi Digital Perlu Ditingkatkan

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Nani Hendiarti menjelaskan mengenai capaian, tantangan, serta langka ke depan yang akan dilaksanakan TKN PSL dalam upaya mencapai target pengurangan sampah laut hingga 70 persen pada 2025.

Director of Ocean and Business Development, Norwegian Ministry of Foreign Affairs Unni Kløvstad juga menjelaskan langkah negaranya mengatasi permasalahan sampah laut yang bersifat lintas batas. Termasuk mengenai dukungan kepada Indonesia yang merupakan mitra Norwegia dalam upaya penanganan sampah laut.

“Kami turut mendukung Indonesia dalam upaya penanganan sampah. Salah satunya melalui penyelenggaraan kompetisi Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC). Kompetisi EPPIC ini merupakan kesempatan untuk mendorong perubahan dengan meningkatkan kesadaran dan mencoba pendekatan baru untuk mengatasi masalah plastik domestik,” ujar Unni.

Pada kesempatan yang sama, diluncurkan pula Program Bersih Indonesia. CEO The Alliance to End Plastic Waste Jacob Duer, yang menjadi salah satu narasumber dalam acara ini, memaparkan tentang proyek Bersih Indonesia dalam rangka pengelolaan sampah plastik. Bersih Indonesia dibangun di atas momentum yang diciptakan Pemerintah untuk memajukan kapasitas dan kapabilitas dalam pengelolaan sampah di Indonesia.

Baca juga : Indonesia Bakal Jadi Kekuatan Ekonomi Keempat Dunia

"Program ini juga berpotensi menciptakan blue print untuk sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan secara finansial di pasar negara berkembang. Investasi di bidang ini secara tradisional menjadi rintangan yang signifikan. Kami berharap dapat melanjutkan kerja sama yang erat dengan pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan sistem yang mendukung ambisi Indonesia bebas sampah plastik,” jelas Jacob.

Alliance to End Plastic Waste (AEPW) merupakan koalisi perusahaan terbesar di dunia dari seluruh rantai nilai plastik, termasuk produsen resin plastik, pengguna plastik (produsen dan pengecer), pengelola dan pendaur ulang sampah, dan lainnya. Saat ini, AEPW memiliki 70 perusahaan anggota yang di antara mereka telah menyumbangkan lebih dari 1 miliar dolar AS (setara Rp 14,9 triliun) untuk diinvestasikan dalam merintis pendekatan baru untuk menangani sampah plastik.

Side event ini juga dihadiri pakar sampah plastik laut Prof Richard Thompson selaku Director of Marine Institute, University of Plymouth, yang membahas mengenai peran akademisi dalam penanganan sampah laut, dan Valerie Hickey selaku Global Director of Environment, Natural Resources, and Blue Economy, Bank Dunia yang membahas mengenai pendekatan yang dilakukan Bank Dunia dalam melawan polusi plastik dunia.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.