Dark/Light Mode

Masih Berkontribusi Paling Besar

Ekspor Industri Manufaktur Naik 24 Persen

Senin, 19 September 2022 10:16 WIB
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Ist)
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor sepanjang Januari-Agustus 2022 sebesar 139,23 miliar dolar AS atau naik 24,03 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Sektor industri tetap memberikan kontribusi paling besar, dengan sumbangsihnya hingga 71,55 persen terhadap total nilai ekspor nasional yang menembus 194,60 miliar dolar AS.

“Kinerja ekspor dari sektor industri manufaktur masih terus melambung, meskipun berada di tengah risiko ketidakpastian kondisi global yang membayangi ekonomi nasional,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (19/9).

Agus menegaskan, pengapalan sektor industri manufaktur konsisten memberikan andil yang besar terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia. “Neraca perdagangan kita surplus selama 28 bulan berturut-turut, dan ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dalam pemulihan ekonomi berada pada jalur yang tepat,” ungkapnya.

Baca juga : Ini Pembelaan Kuasa Hukum Wilmar Nabati

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan secara kumulatif pada Januari-Agustus 2022 mengalami surplus sebesar 34,92 miliar dolar AS atau tumbuh 68,6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. “Surplus neraca perdagangan tidak terlepas dari program hilirisasi industri yang terus kami jalankan, guna meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di Indonesia,” tutur Agus.

Nilai ekspor komoditas turunan nikel meningkat signifikan sejak pemerintah memberlakukan pelarangan ekspor bijih nikel mulai awal tahun 2020. Hal ini terlihat dari nilai ekspor komoditas turunan nikel pada Januari-Agustus 2022 yang mencapai 12,35 miliar dolar AS atau tumbuh hingga 263 persen jika dibandingkan tahun 2019, sebelum pemberlakukan larangan ekspor bijih nikel yang hanya mencapai 3,40 miliar dolar AS.

“Enam tahun yang lalu, ekspor kita dari nikel kira-kira hanya 1,1 miliar dolar AS. Sedangkan, pada tahun 2021 sudah mencapai 20,9 miliar dolar AS. Artinya, nilai tambah lompatannya hingga 19 kali. Oleh karena itu, pemerintah terus memacu tumbuhnya industri smelter yang terbukti memberikan multiplier effect yang luas bagi perekonomian nasional,” papar Agus.

BPS juga mencatat, industri pengolahan menjadi kontributor terbesar jika dilihat menurut sektornya, dengan nilai ekspor mencapai 19,79 miliar dolar AS pada Agustus 2022. Pengapalan sektor manufaktur ini mengalami pertumbuhan 13,49 persen apabila dibandingkan dengan nilai posisi pada Juli 2022.

Baca juga : Menperin Beberkan Dampak Krisis Global Bagi Industri Nasional

“Kenaikan eskpor ini didorong oleh komoditas minyak kelapa sawit, besi baja, peralatan listrik, kendaraan dan bagiannya, serta turunan nikel,” imbuh Agus. Sampai saat ini, Kementerian Perindustrian fokus memacu hilirisasi industri berbasis agro, bahan tambang mineral, serta migas dan batubara.

Menurutnya, banyak manfaat yang telah didapatkan Indonesia dari implementasi kebijakan hilirisasi, antara lain menghasilkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan pekerjaan, dan memberikan peluang usaha. “Melalui hilirisasi, Indonesia tidak lagi menjual barang mentah, namun sudah diolah baik itu produk setengah jadi maupun menjadi produk akhir,” ujar Agus.

Pemerintah telah mampu menjaga kinerja ekonomi Indonesia tetap tumbuh pada kuartal II tahun 2022 sebesar 5,44 persen secara tahunan (year on year). Pertumbuhan ini lebih baik dibandingkan negara lain yang mengalami perlambatan ekonomi pada periode yang sama, seperti Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Spanyol, Korea Selatan, dan China.

Di samping itu, kondisi pengoperasian sektor manufaktur Tanah Air terus membaik dalam 12 bulan terakhir. Hal ini tercermin dari indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia bulan Agustus 2022 yang mencapai 51,7 atau menguat dari angka 51,3 di bulan sebelumnya.

Baca juga : Frekuensi Penerbangan Garuda Naik 32 Persen

“PMI Manufaktur Indonesia terus menunjukkan peningkatan di tengah menurunnya indeks tersebut di negara-negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan (49,8 di Juli 2022 menjadi 47,6) dan Jepang (52,1 pada Juli 2022 menjadi 51,5),” pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.