Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Ganjar Berkomitmen Bangun Industri Digital Untuk Indonesia Emas
- Wujudkan Visi Indonesia Emas, Airlangga: Indonesia Butuh 9 Juta Talent Digital
- Hari Ini Terima KTA, Kaesang: PSI Bagus, Isinya Anak Muda Berintegritas
- PLN Indonesia Power Raih 2 Penghargaan ASIAN Technology Excellence Awards
- MedcoEnergi Raih 4 Penghargaan dari SKK Migas di Ajang ICIUOG 2023
Kasus Gangguan Ginjal Akut
190 Orang Meninggal, Tersebar Di 28 Provinsi
Sabtu, 5 November 2022 07:55 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklaim jumlah temuan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) di Indonesia mencapai 323 orang pada Kamis (3/11). Ratusan kasus itu tersebar di 28 provinsi Indonesia.
JuruBicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan, dari ratusan kasus itu, 190 orang meninggal dunia. Berdasarkan sebaran wilayah kasus GGAPA terbanyak ditemukan di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Aceh.
“Saat ini sudah ada 28 provinsi dengan 323 kasus. Dari 28 provinsi ada yang di rawat 34 terbanyak Jakarta, Jawa Barat, dan Aceh. Kemudian yang meninggal 190 dan sembuh 99,” kata Syahril, saat konferensi pers, di Jakarta, kemarin.
Baca juga : Mode Perang Dinyalakan Di Laut Bali
Dia bilang, setelah Kemenkes menyetop sementara penjualan dan penggunaan obat dalam sediaan cair atau sirop pada 18 Oktober lalu, baik angka penambahan kasus GGAPA maupun angka kematian, mengalami penurunan.
Jika kemarin kenaikannya bisa 75 sampai 100 pasien setelah tanggal 18 Oktober, hanya lima. “Sampai saat ini semuanya di bawah hitungan lima,” imbuhnya.
Syaril meminta masyarakat, terutama orang tua, segera membawa anak mereka ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat apabila mengalami gejala gangguan ginjal akut progresif atipikal.
Baca juga : Soal Kasus Gagal Ginjal Anak, DPR Minta BPOM Tegas
Salah satu gejala yang paling terlihat adalah penurunan volume Buang Air Kecil (BAK).
Kewaspadaan terutama dilakukan apabila menemukan anak berusia kurang dari 18 tahun dengan gejala oliguria (air kencing sedikit) maupun anuria (tidak ada air kencing sama sekali).
Kewaspadaan para orang tua, menurutnya, juga perlu dilakukan dengan cara terus memantau jumlah dan warna urine yang pekat atau kecoklatan pada anak.
Baca juga : Kenali, 4 Gangguan Mental Terbanyak Pada Pria
Apabila urine berkurang atau berjumlah kurang dari 0,5ml/kgBB/jam dalam 6-12 jam atau tidak ada urine selama 6-8 jam, maka pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit.
Selanjutnya, pihak rumah sakit diminta melakukan pemeriksaan fungsi ginjal, yakni ureum dan kreatinin.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya