Dark/Light Mode

Merdeka Belajar Bikin Mahasiswa Happy, Dunia Usaha Ikut Terbantu

Jumat, 23 Juni 2023 19:19 WIB
Foto: Humas Kemendikbudristek.
Foto: Humas Kemendikbudristek.

RM.id  Rakyat Merdeka - Program Merdeka Belajar Kampus Mengajar (MBKM) telah mewarnai dunia pendidikan. Program yang diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) ini tak hanya mengubah mindset para civitas akademika.

Namun juga, membuka mata para mitra atau penyedia lapangan pekerjaan. Sebab, para pihak memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya mengatasi kesenjangan antara dunia pendidikan dan tuntutan dunia kerja.

Pencapaian dan tantangan program MBKM tercermin dalam riset Segara Research Institute yang dipublikasikan melalui seminar daring, di Jakarta, Kamis (22/6).

"Secara umum, semua pihak happy dengan implementasi program ini, baik mahasiswa, dosen, pimpinan perguruan tinggi hingga para mitra dari dunia usaha. Namun demikian, mereka juga memberikan sejumlah catatan untuk perbaikan program ini ke depan,” kata Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah.

Piter menjelaskan, dalam melakukan evaluasi ini, Segara Institute melibatkan 50 perguruan tinggi mulai dari Sumatera hingga Papua. Sebanyak 36 di antaranya tersebar di Jawa dan Sumatera.

Total responden mencapai 263 orang, terdiri dari pimpinan perguruan tinggi mulai dari rektorat hingga dekanat, koordinator program MBKM, mahasiswa hingga lebih dari 50 mitra kampus.

Responden mitra terdiri dari 46,6 persen perusahaan swasta, 22,4 persen institusi pendidikan, 19 persen instansi pemerintah, dan 12,1 persen perusahaan BUMN.

Baca juga : Ini Pesan Kepala BPIP Buat Pelajar Dan Mahasiswa Di Ngawi

"Survei ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas mahasiswa, peran program MBKM dalam menjawab permasalahan kualitas, manfaat yang dirasakan oleh stakeholders, serta untuk mendapatkan masukan guna meningkatkan pelaksanaan program MBKM," terangnya.

Di sisi lain, berdasarkan perspektif mitra (dunia kerja), lulusan perguruan tinggi diharapkan memiliki collaboration skills, communication skills, dan problem solving yang baik.

Sementara untuk hard skills-nya, mereka menilai bahwa lulusan perguruan tinggi harus terampil dalam computer skill, presentation skill, dan technical skill.

"Program yang paling diminati mahasiswa adalah magang bersertifikat, pertukaran mahasiswa merdeka, dan kampus mengajar. Program-program ini juga menjadi yang paling banyak diikuti oleh mahasiswa dalam survei ini," kata Piter.

MBKM juga dinilai efektif dalam mengembangkan soft skill dan hard skill, dengan skor rata-rata 6 dari skala likert 7.

Menurut seluruh stakeholder, soft skill yang paling berkembang adalah communication skills.

Sementara untuk hard skill, project management (pimpinan dan mitra), technical skills (dosen), dan presentation (mahasiswa) dianggap yang paling berkembang.

Baca juga : Pupuk Indonesia Ajak Mahasiswa Edukasikan Pertanian Pada Petani Dieng Kulon

MBKM juga menyebabkan perubahan mindset para mahasiswa setelah mengikuti program MBKM.

Mereka juga merasakan dampak positif dari networking dan menjadi lebih semangat untuk segera lulus kuliah.

"Mahasiswa merasa skill yang paling meningkat adalah communication skills, time management, dan problem solving. Sementara untuk hard skill yang paling berkembang adalah computer skills dan presentation skills," terang Piter.

Meski mendapatkan banyak apresiasi, riset Segara Institute juga menemukan sejumlah tantangan MBKM agar bisa terus ditingkatkan kualitasnya.

Yang paling mendesak adalah mengintensifkan sosialisasi mengingat masih banyak perbedaan pemahaman mengenai program MBKM di kalangan dosen dan mahasiswa.

Per Juni 2022, tercatat sekitar 69 persen penduduk Indonesia termasuk dalam kategori usia produktif (15-64 tahun).

Dari angka tersebut, kelompok usia produktif 15-29 tahun mencapai sekitar 24 persen dari total penduduk Indonesia.

Baca juga : Pria Inggris Tabrakin Mobil Sehari Jelang Hari Ayah, Anaknya Ikut Meninggal

Namun, terdapat kesenjangan antara sistem pendidikan dengan tuntutan dunia kerja. Salah satu masalah yang terjadi adalah lulusan sarjana yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Data BPS per Februari 2022 menunjukkan sekitar 5,83 persen dari total penduduk usia kerja menganggur, di mana 14 persen dari angka pengangguran tersebut berasal dari lulusan jenjang diploma dan sarjana (S1).

Hal ini mengindikasikan adanya ketidaksesuaian antara kompetensi yang dimiliki oleh lulusan dan kebutuhan lapangan kerja.

Untuk mengatasi tantangan ini Kemendikbudristek mengembangkan MBKM. Program ini bertujuan untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan fleksibel.

Serta, kreatif dan dinamis dalam menghadapi perubahan ilmu dan kompetensi yang cepat berubah.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.