Dark/Light Mode

Menteri Siti Beri Pembekalan Kepala Delegasi RI Hadapi COP 28 Di Dubai

Sabtu, 5 Agustus 2023 17:45 WIB
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya memberikan bekal persiapan para Delegasi Indonesia menghadapi berbagai perundingan di Conference of the Parties (COP) ke 28 Dubai, yang akan berlangsung pada akhir November 2023. 

Menteri Siti mengatakan, COP 28 Dubai ini menjadi momentum penting bagi seluruh pihak dalam aksi pengendalian peningkatan suhu bumi global dan sebagai peluang untuk fokus pada agenda iklim melalui course correct di adaptasi, pendanaan iklim, dan loss and damage.

Dalam arahannya, Siti menjelaskan, bahwa suasana COP 28 diiringi dengan persoalan dunia, yaitu triple planetary crisis yang meliputi perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. 

Persoalan tersebut menjadi tantangan global yang sedang dihadapi saat ini dan memerlukan kolaborasi serta kerja sama, baik bilateral maupun multilateral guna mempertahankan masa depan yang tetap layak-huni, yaitu planet Bumi. 

“Persoalan itu bila didalami, maka ultimate masalahnya adalah indikasi kerusakan atmosfir baik dengan simpton hilangnya biodiversity, ataupun dahsyatnya polusi, yang ujungnya adalah kerusakan atmosfir, dengan peningkatan emisi gas rumah kaca di tingkat global dan terjadinya perubahan iklim,” ujar Siti Jumat (4/8).

Baca juga : Di UGM, Menteri Basuki Beri Motivasi Kepada Mahasiswa Baru

Siti menegaskan, sejak 2015, Indonesia terus berkomitmen untuk melakukan upaya penurunan emisi GRK dan menyampaikan berbagai dokumen wajib ke Sekretariat UNFCCC, antara lain Third National Communication, 2nd dan 3rd Biennial Update Report, First Nationally Determined Contribution (1st NDC), Updated NDC, dan Strategi Jangka Panjang Pembangunan Rendah Karbon Berketahanan Iklim 2050. 

Ia mengatakan, sebagaimana hasil perundingan sejak di Glasgow tahun 2021, para negara diminta untuk memperkuat target NDC 2030, di akhir 2022.

“Pada 23 September 2022 yang lalu, Indonesia menyampaikan Enhanced Nationally Determined Contribution atau ENDC ke Sekretariat UNFCCC, dengan mempertajam target reduksi emisi GRK dari 29% menjadi 31,89% dengan kekuatan nasional, dan dari 41% menjadi 43,20% dengan dukungan internasional pada tahun 2030,” terang Siti.

Indonesia, lanjut Siti meski telah menyampaikan peningkatan target reduksi emisi GRK melalui ENDC tadi, namun dengan pemahaman seruan sains di atas dan berbagai pertimbangan lain, Indonesia telah memulai penyusunan Second National Determined Contribution yang akan selaras dengan Long Term Strategy Low Carbon and Climate Resilience 2050 dengan visi iklim Indonesia untuk mencapai net-zero emission di 2060 atau lebih cepat. 

Diharapkan Indonesia dapat menyampaikan submisi SNDC ke UNFCCC pada tahun 2024. 

Baca juga : Menteri Bahlil Dukung Percepatan Realisasi Proyek Baterai EV LG

“Data penurunan emisi GRK Indoneisa dalam record IGRK kita tercatat penurunan sebesar 47,28% pada tahun 2020 dan 43,82% pada tahun 2021. Prakiraan pada tahun 2022 bisa lebih baik dengan indikasi karhutla yang lebih baik tertangani di tahun 2022,” tegas Siti.

Keberhasilan penurunan emisi GRK di tahun 2020 sangat jelas berasal dari FOLU yakni menjadi 182 juta ton CO2 eq emisi, dari semula lebih dari 900 juta ton CO2 eq emisi di tahun 2019. 

Pemerintah saat ini sedang bekerja keras untuk penurunan emisi GRK setor energi setelah usaha-usaha kita di sektor FOLU yang terus dikelola. Sektor energi sedang memacu keras penurunan emisi GRK dengan strategi mencapai NZE yaitu elektrifikasi, moratorium PLTU, membangun sumber energi baru dan EBT serta penerapan efisiensi energi. 

Perundingan COP28 di Dubai sendiri, secara umum memiliki ekspektasi target pada beberapa hal. Pertama, Menghasilkan keputusan yang tepat untuk pemanfaatan nyata atas hasil Global Stocktake Pertama (1st GST). Kedua , hasil yang ambisius pada Adaptasi melalui Global Goal on Adaptation (GGA), loss and damage (LnD), dan finance yang terkait dengan Loss and Damage tersebut; dan Ketiga, melaksanakan apa yang telah dimulai diperdebatkan di Bonn, yakni pendetilan Mitigation Work Programme (MWP), dan yang harus disertai dengan dukungan means of implementation. 

“Kesemuanya itu untuk memastikan amannya jalur 2030 yang selaras dengan Persetujuan Paris, termasuk upaya mengejar untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C,” katanya.

Baca juga : Optimalkan Semua Potensi Hadapi El Nino Di Tanah Air

Selain kerja-kerja pada forum negosiasi formal, Indonesia juga mengawal dengan out-reach forum, yaitu Paviliun Indonesia yang dari tahun ke tahun memberikan refleksi kemajuan bertahap serta fokus kerja-kerja yang sedang berlangsung di Indonesia dan menyesuaikan dengan kondisi global. 

Paviliun Indonesia, selain menampilkan berbagai kemajuan dan discourse yang sedang berkembang, juga menjadi sarana pendukung dalam agenda politik internasional yang ingin dicapai dalam diplomasi iklim. Muatan materi dan partisipasi pihak-pihak merefleksikan hal tersebut.

Menteri Siti mengharapkan, Paviliun Indonesia pada COP28 nanti mampu merefleksikan kepentingan Indonesia dengan tetap memperhatikan dan mendukung pilihan tema Presidensi Uni Emirat Arab. 

Paviliun Indonesia juga menjadi wahana diplomasi pada subyek-subyek dan antara lain pada subyek dalam situasi yang masih mengandung tension yang bisa dibawa dalam suasana yang friendly dan gembira.

“Indonesia ingin menjadikan apa yang telah Indonesia lakukan dan akan kita jalankan dapat menginspirasi bagi dunia, sebagaimana spirit kita selama ini yaitu leading by examples, to inspire the world,” pungkasnya.■
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.