Dark/Light Mode

KKP Selesaikan Pendataan Informasi Biota Laut Dilindungi/Terancam Punah

Selasa, 2 Januari 2024 15:26 WIB
Jenis penyu yang didata Loka LPSPL Serang, Ditjen Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut, KKP. (Foto: Istimewa)
Jenis penyu yang didata Loka LPSPL Serang, Ditjen Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut, KKP. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang, Ditjen Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut telah selesai melakukan Penyediaan Data Informasi Jenis Ikan Dilindungi/Terancam Punah. Kegiatan ini merupakan bagian dari tugas pokok dan fungsi LPSPL Serang yang termasuk pada pelaksanaan konservasi habitat, jenis, dan genetik ikan dan pelaksanaan pemantauan lalu lintas perdagangan jenis ikan yang dilindungi.

Selama tahun 2023, penyediaan data ini dilaksanakan di DKI Jakarta dan Cilacap untuk jenis hiu dan pari, lalu di Kabupaten Bantul (DI Yogyakarta) dan Ngambur (Lampung) untuk jenis penyu, dan Kabupaten Kaur (Bengkulu) untuk jenis sidat. Lokasi-lokasi ini dipilih berdasarkan rekomendasi Rencana Aksi Nasional.

“Penyediaan data ini penting dilakukan, karena khususnya hiu, pari, dan sidat data tersebut bisa menjadi data dukung penentuan kuota pengambilan alam. Ini sangat berkaitan dengan perdagangan jenis ikan dilindungi, bahkan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) akan meminta data ini juga,” ujar Kepala Loka PSPL Serang Santoso Budi Widiarto, saat evaluasi akhir kegiatan enumerasi, seperti keterangan yang diterima redaksi, Selasa (2/1).

Masa pendataan yang dilaksanakan untuk masing-masing jenis berbeda, ini berdasarkan waktu puncak tertinggi kemunculan jenis tersebut. Jenis hiu dan pari hampir selalu ditemukan di setiap bulannya, maka khusus hiu dan pari dilaksanakan selama 11 bulan, yaitu dimulai sejak Februari sampai dengan Desember.

Baca juga : Ini Terobosan Reformasi Birokrasi KLHK & Prestasi yang Diraih

Sedangkan jenis sidat dan penyu di Bantul, dimulai selama enam bulan, sejak April hingga September. Terakhir, pendataan penyu di Ngambur dilaksanakan mulai bulan Juni sampai November.

Pada setiap awal bulan, dilakukan evaluasi hasil enumerasi bulan sebelumnya. Kegiatan ini berlangsung melalui daring, agar semua pegawai dari satuan kerja LPSPL Serang bisa hadir dan ikut me-review hasil pendataannya. Para enumerator mengumpulkan laporan dan menyampaikan bahan paparan mereka masing-masing pada forum tersebut.

Dari hasil penyediaan data penyu selama enam bulan di Bantul, penyu lekang (Lepidochelys olivacea) merupakan jenis terbanyak yang ditemukan, yaitu sebanyak tujuh kali. Kemudian terdapat jenis penyu hijau (chelonia mydas) sebanyak dua kali, dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) satu kali.

Sedangkan telur paling banyak ditemukan pada Mei, mencapai 1.409 butir, dan menetas paling banyak di Juni, yaitu 568 butir. Dari keseluruhan, keberhasilan penetasan yang didapat dari lokasi Bantul dinilai cukup tinggi.

Baca juga : Di Bawah Kepemimpinan Gibran, Solo Jadi Kota Paling Toleran

Di Ngambur, jenis penyu yang ditemukan hanyalah penyu lekang dan penyu hijau. Pendaratan penyu ditemukan sebanyak delapan kali dengan jumlah telur terbanyak di Oktober, mencapai 290 butir dan jumlah tukik yang berhasil hidup paling tinggi sejumlah 120 ekor pada Agustus.

Menurut Hasni, enumerator penyu di Ngambur, setiap tahunnya terdapat penurunan jumlah penyu mendarat dan bertelur di daerah Pesisir Barat. Ini dikarenakan maraknya nelayan penangkap lobster yang menggunakan lampu terang di sepanjang pantai dekat lokasi pendaratan. Diketahui bahwa penyu sangat sensitif terhadap cahaya, yang apabila terlalu terang dapat menggagalkan penyu tersebut mendarat dan bertelur di sekitar lokasi tersebut.

Jenis sidat yang kerap ditemukan di Kabupaten Kaur, Bengkulu, adalah jenis Anguila marmorata dan Anguila bicolor. Total pendaratan sidat selama kegiatan enumerasi berjumlah 1.696 ekor dengan berat 127.299 gram. Sidat yang ditemukan di enam sungai besar yang tersebar di Kabupaten Kaur ini secara keseluruhan sudah masuk fase dewasa dan didominasi jenis Anguila bicolor dan paling tinggi ada di bulan September. Setelah ditangkap, jenis sidat akan dimanfaatkan sebagai bahan masak di Kabupaten Kaur. 

Pendaratan hiu dan pari di DKI Jakarta, khususnya dua terhitung cukup tinggi. Selama 2023 saja, sejumlah 628.116 kg hiu dan pari sebanyak 8.033 kg. Berdasarkan sampling diketahui ada 27 jenis hiu dan 16 jenis pari, termasuk jenis Appendiks CITES seperti Carcharhinus falciformis, sampai ke famili Charcarhinidae yang baru masuk ke dalam list Appendiks setelah adanya CoP19. Jenis yang paling mendominasi adalah Carcharhinus sorrah dengan persentase 27 persen.

Baca juga : PTPN III Sabet Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik dari Komisi Informasi Pusat

Sementara di Cilacap, produk yang dijual-belikan mulai dari daging segar, kulit, sirip, hingga tulang hiu dan pari. Pemanfaatan jenis dilindungi ini terbatas dengan kuota pengambilan alam, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 61 Tahun 2018 tentang Pemanfaatan Jenis Ikan yang Dilindungi dan/atau Jenis Ikan yang tercantum dalam Appendiks CITES.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.