Dark/Light Mode

Menlu Retno Bahas Ratifikasi Larangan Uji Coba Nuklir Dengan CTBTO, Ini Isinya

Rabu, 26 Juni 2024 13:09 WIB
Menlu Retno Marsudi dalam keterangan virtual via kanal YouTube resmî Kementerian Luar Negeri. (Foto: YouTube)
Menlu Retno Marsudi dalam keterangan virtual via kanal YouTube resmî Kementerian Luar Negeri. (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan hasil pertemuan dengan Executive Secretary Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization (CTBTO) DR Robert Floyd di Wina, Austria pada Selasa (25/6/2024), yang membahas kemajuan ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT).

"Pertemuan ini sangat penting di tengah situasi dunia yang semakin dipenuhi ketidakpastian. Konflik dan perang dapat terjadi sewaktu-waktu," kata Retno dalam keterangan yang diterima redaksi, Rabu (26/6/2024).

Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty (CTBT) adalah traktat yang melarang uji coba nuklir. Dalam ketentuannya, CTBT akan berlaku jika negara yang tergabung dalam Annex II CTBT telah melakukan ratifikasi.

Negara Annex II adalah negara yang ikut dalam negosiasi CTBT pada tahun 1994 hingga 1996 di Conference on Disarmament, pernah dan masih memiliki senjata nuklir dan atau reaktor nuklir berkapasitas besar.

Baca juga : Laga Uji Coba Terakhir: Italia Menang Tipis, Prancis Tertahan

Saat ini, CTBT telah ditandatangani 187 negara dan telah diratifikasi 178 negara. Masih diperlukan ratifikasi dari 8 negara Annex II, yaitu China, Korea Utara, Mesir, India, Iran, Israel, Pakistan, dan AS, agar dapat diberlakukan (entry into force).

Indonesia merupakan negara Annex II, yang telah meratifikasi pada tahun 2011.

"Kunjungan saya ke CTBTO adalah salah satu bentuk komitmen Indonesia terhadap multilateralisme. Banyak pihak yang meragukan multilateralisme. Buat Indonesia, kita justru bertanya, apa jadinya, jika tidak ada multilateralisme?" ujar Retno.

"Yang pasti akan terjadi, yang ‘kuat akan menguasai semuanya’ (the mighty takes all). Oleh karena itu, merupakan tanggung jawab kita untuk terus memperkuat multilateralisme, termasuk melalui CTBT," imbuhnya.

Baca juga : Jemaah Haji Makan Dengan Lahap, Tak Ada Sisa Di Piring

Dalam pertemuan dengan Executive Secretary CTBTO, Retno membahas dua hal penting.

Pertama, mengenai kemajuan ratifikasi. "Kita sambut baik ratifikasi PNG pada 13 Maret tahun ini. Kita sepakat untuk terus mendorong ratifikasi oleh negara-negara di Annex II," tutur Retno.

Kedua, membahas kerja sama yang telah dijalankan dengan Indonesia. Retno menyebut, saat ini Indonesia memiliki kerja sama yang cukup kuat, dengan menjadi tuan rumah 6 CTBTO stasiun seismik yaitu di Jayapura, Sorong, Parapat, Kappang, Baumata dan Lembang.

Stasiun-stasiun ini sangat bermanfaat bagi early warning system tsunami di Indonesia,

Baca juga : Menko Hadi Bahas Kerja Sama Keamanan & Penanggulangan Teroris Dengan Turki

Retno menegaskan, Indonesia siap melakukan kerja sama yang lebih kuat dengan CTBTO.

"Saya berharap, wakil-wakil Indonesia dapat dipertimbangkan lebih banyak untuk bekerja di CTBTO. Saya ingin, program internship atau magang, baik untuk pelajar maupun profesional muda di CTBTO, dapat memperoleh dukungan," pungkasnya.

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.