Dark/Light Mode

Tekan Defisit Neraca Dagang, Ini Jurus Kemenperin

Jumat, 17 Januari 2020 15:09 WIB
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: ist)
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah memprioritaskan pengembangan sektor industri yang berorientasi ekspor. Hal ini untuk menekan defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan. 

“Kita ketahui, kontribusi sektor industri manufaktur hingga saat ini masih mendominasi terhadap capaian nilai ekspor nasional. Jadi, ini merupakan salah satu poin bagi pemerintah untuk memberikan perhatian khusus pada pengembangan sektor industri manufaktur,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (17/1). 

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Januari-Desember 2019, ekspor produk industri pengolahan mampu menembus hingga 126,57 miliar dollar AS atau menyumbang sebesar 75,5 persen terhadap total ekspor Indonesia yang menyentuh di angka 167,53 miliar dollar AS sepanjang tahun lalu. 

“Kita sudah punya peta jalan Making Indonesia 4.0, yang menjadi strategi kesiapan kita memasuki era industri 4.0. Melalui roadmap ini, kita juga akan meningkatkan 10 persen dari kontribusi ekspor netto terhadap PDB,” tutur Menperin.

Baca juga : Harry Mundur Dari Kerajaan, Istana Bereaksi

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian sudah memetakan 15 sektor yang akan mendapat prioritas pengembangan untuk digenjot kinerja ekspornya. Ke-15 sektor potensial tersebut, yakni industri pengolahan minyak kelapa sawit dan turunannya, industri makanan, industri kertas dan barang dari kertas, industri crumb rubber, ban, dan sarung tangan karet, industri kayu dan barang dari kayu, serta industri tekstil dan produk tekstil.

Selanjutnya, industri alas kaki, industri kosmetik, sabun, dan bahan pembersih, industri kendaraan bermotor roda empat, industri kabel listrik, industri pipa dan sambungan pipa dari besi, industri alat mesin pertanian, industri elektronika konsumsi, industri perhiasan, serta industri kerajinan. 

“Adapun beberapa tantangan yang perlu segera dibenahi agar industri kita bisa lebih berdaya saing, antara lain adalah menjaga ketersediaan bahan baku dan komponen. Kemudian, dilakukan pendalaman struktur industri, pengoptimalan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), dan terus mendorong pembangunan kawasan industri termasuk sentra IKM,” sebutnya. 

Agus menambahkan, kementeriannya juga fokus untuk turut menarik investasi bagi sektor industri yang menghasilkan produk substitusi impor dan tetap menjalankan kebijakan hilirisasi industri. “Untuk mengatasi defisit neraca perdagangan sektor industri, juga dapat melalui substitusi impor dan hilirisasi,” jelasnya.

Baca juga : Halim Perkuat Sinergi Kampus dan Pemerintah

Langkah-langkah strategis yang dijalankan, di antaranya implementasi mandatori B-30. Hal ini dapat memberikan penghematan devisa sebesar 4,8 miliar dollar AS sekaligus menjamin ketersediaan bahan bakan minyak jenis biosolar. Langkah lainnya, pengembangan litbang industri farmasi dengan tujuan menghasilkan obat untuk kebutuhan nasional dan mengurangi impor bahan baku obat. 

Selanjutnya, melakukan penguatan Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) guna mengurangi  impor produk petrokimia dan menghemat devisa negara hingga 1 miliar dollar AS per tahun. Berikutnya, pengembangan gasifikasi batubara di Peranap dan Tanjung Enim untuk mengurangi ketergantungan impor polypropylene dan LPG.

Kemudian, pengembangan hortikultura berorientasi ekspor untuk membantu tumbuhnya kapasitas industri konsentrat di dalam negeri dan mendorong kinerja ekspor. Selain itu, pengoperasin Green Refinery di Plaju untuk menghasilkan diesel nabati (green diesel) dan mengurangi ketergantungan impor BBM. 

“Kami juga fokus mendorong pengembangan industri berbasis stainless steel di Morowali dalam rangka meningkatkan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri,” ujar Menperin Agus.

Baca juga : Rangkaian Literasi Pranikah Kemenpora Berakhir di Depok

Bahkan, dilakukan pula pengembangan investasi industri petrokimia di Cilegon dan Merak, Banten untuk dapat mengurangi ketergantungan impor produk petrokimia serta akselerasi pengembangan kawasan industri petrokimia di Teluk Bintuni guna mengurangi ketergantungan impor produk petrokimia. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.