Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Mau Raup Untung dari Usaha Tani Tomat? Begini Caranya

Selasa, 28 Juli 2020 09:49 WIB
Komoditi tomat/Ist
Komoditi tomat/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Usaha tani hortikultura terutama sayuran tergolong dalam usaha yang bersifat high risk high return. Artinya, usaha tani tersebut berpeluang menghasilkan untung besar namun diimbangi dengan risiko kerugian yang juga tinggi. Contohnya pada usaha tani tomat. Untuk itu penting diketahui kunci sukses budidaya tomat agar tetap menguntungkan. 

Seperti diketahui, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam kunjungannya ke Ditjen Hortikultura minggu lalu, menegaskan jajarannya untuk fokus dalam pengembangan komoditas hortikultura. Hortikultura harus segera mendudukkan posisi sebagai komoditas strategi berbasis ekspor. Artinya, mutu dan kualitasnya terjamin serta menjamin kesejahteraan petani.

Tomat biasanya ditanam petani dengan cara tumpangsari bersama tanaman lainnya. Namun tak jarang petani sengaja menjadikan tomat sebagai tanaman budidaya utama. Meski butuh modal yang terbilang cukup besar untuk budidayanya serta harga jual yang sering fluktuatif, ternyata tak menyurutkan minat petani untuk tetap mengembangkan tomat. 

Baca juga : Menpora : Pramuka Ujung Tombak Pembangunan Karakter Bangsa

Seperti halnya dilakukan oleh Juhara, petani sayuran asal Pangalengan Bandung yang kerap menanam tomat dengan sistem budidaya monokultur alias tidak ditumpangsari dengan tanaman lain. Biaya yang dikeluarkankannya untuk menanam satu hektar tomat bisa mencapai Rp 100,8 juta. Hasilnya, Juhara bisa memproduksi 40 ton tomat segar. "Dengan harga jual normal Rp 3.000/kg saja, paling tidak saya bisa memperoleh pendapatan Rp 120 jt per hektar atau untung sekitar Rp 19 juta per musim per hektar," ungkap Juhara tersenyum.

Tidak sampai di situ, ternyata Juhara punya strategi khusus untuk meningkatkan keuntungan dari budidaya tomat yang digelutinya. Caranya dengan menanam di lahan yang sama sebanyak dua kali tanam. Setelah tanam pertama selesai panen dan dibongkar, lahan tersebut ditanami kembali sebanyak pertanaman yang pertama.

Dengan cara itu, Juhara menyebut bisa menghemat biaya saprodi terutama mulsa, ajir, tali, semat, peralatan serta biaya tenaga kerja olah tanah hingga pemeliharaan. "Total penghematan bisa mencapai Rp 32 juta. Dengan produksi per hektar sebanyak 40 ton maka penghematan biaya tersebut menjadi keuntungan tambahan bagi saya," ujar Juhara antusias saat dihubungi, Minggu (26/7)

Baca juga : Mau Jadi Pengusaha Sukses, Ini Tips Dari Sandiaga Uno

Dihubungi terpisah, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Tommy Nugraha mengatakan, prospek agribisnis hortikultura sangat menjanjikan, namun perlu kegigihan dan strategi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. 

“Tidak hanya untung pada saat harga jual tinggi, namun pada harga jual normal petani bisa tetap untung," katanya.

Menurut Tommy, strategi yang dilakukan petani tomat guna menghasilkan output sebesar-besarnya dengan input seminimal mungkin bisa terus dikembangkan. Pihaknya berharap semakin petani yang memiliki pola pikir seperti itu sehingga produk sayuran yang dihasilkannya lebih berdaya saing baik kualitas maupun harganya. 

Baca juga : Jalan Gibran Tak Seberat Bapaknya

"Penting bagi petani untuk mengupayakan agar ada efisiensi biaya produksi sehingga keuntungan yang diperolehnya menjadi lebih tinggi," tukas Tommy. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.