Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Diversifikasi Pangan Perkuat Ketahanan Pangan Nasional

Rabu, 9 September 2020 16:36 WIB
Kepala Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri (ketiga kiri), Ketua Departemen Ilmu Ekonomi IPB Dr Sahara (ketiga kanan) dan perwakilan petani milenial Sandi Octa Susila (kedua kanan) menerima plakat penghargaan dari Forwatan atas kehadirannya sebagai pembicara dalam diskusi bertemakan Diversifikasi Pangan Kokohkan Ketahanan Pangan Nasional di Jakarta, Selasa (8/9)/Ist
Kepala Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri (ketiga kiri), Ketua Departemen Ilmu Ekonomi IPB Dr Sahara (ketiga kanan) dan perwakilan petani milenial Sandi Octa Susila (kedua kanan) menerima plakat penghargaan dari Forwatan atas kehadirannya sebagai pembicara dalam diskusi bertemakan Diversifikasi Pangan Kokohkan Ketahanan Pangan Nasional di Jakarta, Selasa (8/9)/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Pertanian (Kementan) menjalankan pengembangan diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal yang fokus kepada satu komoditas utama per provinsi. Diversifikasi pangan difokuskan kepada enam pangan lokal sumber karbohidrat nonberas di antaranya ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang dan sorgum. 

Dalam pengantarnya, Kuntoro Boga Andri Ph.D, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian menjelaskan, pihaknya memastikan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia sebanyak 267 juta jiwa harus tercukupi kebutuhannya. Karena itu, diversifikasi akan membantu ketahanan pangan masyarakat.

“Ada potensi pangan lokal yang luar biasa dalam mendukung program diversifikasi pangan. Kita memiliki pangan lokal di luar beras. Program diversifikasi membantu masyarakat Indonesia swasembada pangan,” ujar Kuntoro.

Hal ini diungkapkannya dalam Diskusi Forum Wartawan Pertanian bertemakan “Diversifikasi Pangan Kokohkan Ketahanan Pangan Nasional”, di Jakarta, Selasa (8 September 2020). Selain Kuntoro, pembicara yang hadir antara lain Dr Ir Riwantoro, MM (Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian), Dr Sahara (Kepala Ketua Departemen Ilmu Ekonomi IPB) dan Sandi Octa Susila (Petani Milenial).

Dari segi produktivitas, dikatakan Kuntoro, potensi produktivitas ubi kayu mencapai 10 ton per hektare dan pisang potensinya dapat mencapai 80 ton per hektare. Selanjutnya, perlu mendorong pasar untuk memperkenalkan produk. “Jadi imejnya pangan lokal harus ditingkatkan supaya menarik semua orang untuk konsumsi,” jelasnya. 

Baca juga : Arteria Siap Pasang Badan Buat Puan

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian memiliki strategi jangka menengah dan jangka panjang untuk meningkatkan diversifikasi pangan lokal. 

Riwantoro menjelaskan, diversifikasi pangan untuk kebutuhan makan masyarakat ini jadi pedoman. Karena itu, pemerintah berkomitmen menjaga kebutuhan pangan dan mencegah masyarakat kelaparan di saat pandemi Covid-19. Ketika BMKG menyebut akan ada kekeringan, di era new normal ada program peningkatan ketersediaan pangan.

Saat ini, setiap provinsi difokuskan memproduksi panganan lokal selain beras. Ada enam komoditas pangan di antaranya ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang dan sorgum.

"Secara konsisten menggalakkan diversifikasi pangan di wilayah masing-masing dan menjadi sebuah gerakan, bahkan di pekarangan rumah," jelas dia.

Riwantoro menyebut, diversifikasi pangan bertujuan mengantisipasi krisis, penyediaan pangan alternatif, menggerakkan ekonomi dan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat. Dengan sasaran menurunkan ketergantungan konsumsi beras.

Baca juga : 6 Kepala Daerah di Papua Raih Penghargaan Peduli Kerukunan Umat Beragama

Dalam lima tahun ke depan, Kementan  menargetkan penurunan konsumsi beras nasional sebesar 7 persen. Khusus tahun 2020, rata-rata konsumsi beras ditargetkan turun ke posisi 92,9 per kg per kapita per tahun dari posisi tahun lalu sebesar 94,9 per kg per kapita per tahun. 

Hingga tahun 2024, ditargetkan konsumsi sudah turun 7 persen ke posisi 85 per kg per kapita per tahun. Penurunan itu setara 1,77 juta ton senilai Rp 17,78 triliun. Namun dengan catatan, penurunan konsumsi beras bisa dicapai asalkan ada intervensi dari pemerintah. Tanpa intervensi, penurunan konsumsi beras hanya mampu mencapai posisi 91,2 per kg per kapita per tahun.

"Kami targetkan ada satu penurunan pangan beras kita dan itu harus diikuti dengan kenaikan konsumsi pangan lokalnya. Peluang diversifikasi besar karena masyarakat ingin hidup sehat dan terdapat peluang bisnis UMKM,” ujarnya.

Sementara, Dr. Sahara menuturkan, pandemi Covid-19 menjadi momentum tepat untuk mempercepat diversifikasi pangan. Karena itu, pola pandang harus diubah bahwa beras bukan satu-satunya sumber karbohidrat.  Karena selama ini, pemerintah masih terlalu fokus pada pengembangan pangan jenis beras. Padahal, Indonesia memiliki ragam jenis pangan yang sangat berlimpah.

Saat ini, Indonesia memiliki 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 jenis pangan sumber protein, 110 jenis rempah dan bumbu, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan dan 40 jenis bahan minuman.

Baca juga : Terkait RUU Cipta Kerja, Ibas Ingatkan Pentingnya Kesejahteraan Para Pekerja

Namun, konsumsi beras per kapita terlampau tinggi. Menurut Sahara, kondisi tersebut kontraproduktif lantaran dapat menghambat investasi dan pengembangan produk pangan selain beras. 

“Efeknya, kemampuan kita memproduksi pangan lokal secara kontinu rendah. Belum lagi bicara soal teknologi pengolahan pangan lokal yang masih terbatas,” ujarnya.

Dikatakan Sahara, diversifikasi pangan tidak hanya untuk pangan pokok, tetapi juga pada upaya mendorong keragaman konsumsi berbagai jenis makanan yang mengandung protein, serat dan vitamin yang tinggi. Makanya, upaya diversifikasi pangan harus dilakukan secara terintegrasi melalui aspek permintaan dan suplai. 

Sandi Octa Susila menuturkan, petani milenial juga mendukung diversifikasi pangan lokal. Bahkan sudah melakukan ekspor mokaf atau tepung singkong dan sagu. 

Untuk itu, dia meminta potensi lahan harus dioptimalkan untuk budidaya. Selain itu, perlu juga membangun kerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kemampuan pangan lokal. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.