Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ayo Kita Putus Mata Rantai Penularan Corona

Doni: Masyarakat Jangan Takut Pelacakan Kontak

Senin, 23 November 2020 05:41 WIB
Ketua Satgas Covid-19, Doni Monardo
Ketua Satgas Covid-19, Doni Monardo

RM.id  Rakyat Merdeka - Masyarakat tidak perlu takut atau khawatir dengan langkah pelacakan kontak alias tracing pada pasien Covid-19.

Hal itu dilakukan untuk memutus mata rantai penularan Virus Corona. Toh saat ini mayoritas penderita Covid-19 sudah banyak yang bisa disembuhkan.

Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Letjen Doni Monardo mengatakan, penularan Covid-19 yang makin cepat diketahui akan memudahkan pasien menjalani pemulihan.

Sehingga tak ada alasan bagi masyarakat untuk menolak pelacakan kontak (tracing). Karena lewat tracing, ujarnya, tenaga kesehatan hendak memastikan gejala sakit dikenali lebih awal.

Demikian juga dengan riwayat kontak pasien. “Semakin cepat diketahui, penularan lebih luas bisa dicegah. Karena mayoritas penderita Covid-19 adalah orang tanpa gejala,” tutur mantan Komandan pasukan pengamanan presiden (Danpaspampres) ini di Jakarta, kemarin.

Dalam kesempatan itu, Doni membeberkan data kasus baru Covid-19 di Indonesia pada Sabtu (21/11), yang mengalami peningkatan sebesar 4.998 kasus dalam sehari.

DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi tertinggi penyumbang kasus. Yakni mencapai 1.579 atau 31,6 persen dari kasus nasional, menyusul berbagai kasus kerumunan di wilayah ini.

Baca juga : Ketua Satgas Covid: Jangan Tolak Pelacakan Kontak!!

Dengan tambahan kasus pada Sabtu, tercatat 493.308 orang terkonfirmasi positif, di mana 413.955 di antaranya sembuh atau 83,9 persen.

Total pasien meninggal sebanyak 15.774 orang, bertambah 96 orang dibanding total pasien meninggal sehari sebelumnya.

Adapun data seluruh dunia, pasien meninggal telah mencapai 1,39 juta jiwa. Salah satu cara memutus mata rantai penularan Covid-19, jelasnya, adalah dengan melakukan pemeriksaan, pelacakan dan perawatan yang tepat kepada pasien yang tertular.

Namun, pemeriksaan dan pelacakan ternyata tidak mudah dilakukan karena terjadi penolakan di masyarakat.

Mantan Komandan Jenderal Komando pasukan (Danjen Kopassus) ini menduga, fenomena ini terjadi karena di masyarakat masih berkembang stigma negatif bagi penderita Covid-19.

Sehingga masyarakat takut divonis tertular.  “Padahal, masyarakat tak perlu takut. Karena mayoritas penderita Covid-19 sembuh. Di Indonesia sekarang angka kesembuhan telah menembus 83,9 persen dari kasus aktif, jauh di atas kesembuhan dunia yang di level 69 persen,” katanya.
 
Sebaliknya, lanjut Doni, bila penularan Covid¬-19 terlambat diketahui, maka risiko tingkat kematian akan semakin tinggi.

Apalagi bila pasien juga memiliki penyakit bawaan.

Baca juga : Klaster Kerumunan, Tolong Sukarela Tes Covid Ya..

Berdasarkan data yang dihimpun satgas penanganan Covid¬19 dari rumah sakit per sahabatan Jakarta, pasien dengan kategori ringan memiliki risiko kematian nol persen.

Lalu, pasien dengan kategori sedang mencapai 2,6 persen. Sedangkan pasien kategori berat 5,5 persen dan pasien kategori kritis memiliki risiko kematian 67,4 persen.

Kategori kritis adalah pasien dengan komplikasi infeksi berat yang mengancam kematian, pneumonia berat, serta gagal oksigenasi dan ventilasi.

Tak sedikit pasien memasuki fase kritis, karena sebelumnya memi¬liki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, ginjal, dan gangguan paru-paru.

Menurut Doni, titik paling kru¬sial saat ini dalam memperkecil risiko kematian akibat Covid¬19.

Caranya, dengan menjaga agar pasien tidak berpindah fase atau kategori sakit, dan sedapat mungkin tetap dengan gejala ringan, sehingga lebih mudah disembuhkan.

“Ini adalah prioritas dokter dan tenaga kesehatan sekarang. Apalagi dalam seminggu terakhir tingkat penularan cenderung meningkat,” tambahnya.

Baca juga : Yuk, Donor Darah Dengan Tetap Menerapkan Prokes

Untuk itu, saat ini, satgas penanganan Covid-19 bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Daerah telah menurunkan lebih dari 5.000 relawan pelacak kontak (tracer) untuk melakukan deteksi awal penularan di 10 prioritas.

Ketua Bidang penanganan Kesehatan satgas penanganan Covid-19, Alexander K Gintings menambahkan, timnya saat ini sedang berada di lapangan untuk melakukan penelusuran kontak erat pasien.

“Para pelacak kontak ini yang kini tengah mengalami persinggungan dengan masyarakat untuk memutus rantai penularan,” katanya.

Alex menegaskan, gerakan kesehatan untuk menanggulangi Covid-19 adalah gerakan kemasyarakatan non partisan, untuk kemanusiaan, non diskriminatif dan pro terhadap kehidupan.

“Ini yang perlu ditanamkan. sehingga masyarakat tidak perlu resisten agar anggota di lapangan bekerja aman, nyaman dan tidak dicurigai,” pungkas Alex. [QAR]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.