Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Produk Smooth Fluid Kilang Pertamina Dukung Capaian TKDN
- Wali Murid SMAN 70 Cenat Cenut Ditagih Rp 800 Ribu Untuk Donasi Kelulusan
- Bank DKI Salurkan KJP Plus Tahap I 2025 Kepada 707.622 Siswa Di Jakarta
- Tambah SPKLU, PLN Antisipasi Lonjakan Pemudik Kendaraan Listrik
- Pertamina Drilling Tekankan Keselamatan Kerja di Safari Ramadan 2025

RM.id Rakyat Merdeka - Pelaksaanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membutuhkan dukungan masyarakat. Hal ini untuk menekan penularan kasus Covid-19.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, penerapan PPKM bertujuan agar masyarakat tetap produktif di tengah pandemi dan tidak tertular Covid-19.
"Dalam satu minggu pelaksanaan PPKM, belum adanya perubahan yang signifikan. Pelaksanaan intervensi membutuhkan waktu untuk lebih efektif dan berkontribusi dalam perubahan situasi ke arah yang lebih baik," ujar Wiku saat memberi keterangan pers tentang perkembangan penanganan Covid-19 di Gedung BNPB, Kamis (21/1).
Baca juga : Tekan Angka Covid-19, Pemprov DKI Butuh Dukungan Masyarakat Patuhi Prokes
Belajar dari pengalaman DKI Jakarta melakukan intervensi PSBB, terlihat pada 14 September-5 Oktober 2020. Saat itu, PSBB diperketat dilakukan setelah PSBB transisi selama 5 kali berturut-turut sejak 5 Juni hingga 13 September 2020.
Pembelajaran ini menurutnya, sangat penting, karena melihat grafik datanya menunjukkan perkembangan kenaikan kasus signifikan mencapai 7 kali lipat dari awal PSBB transisi.
Sehingga Pemerintah Provinsi DKI mengambil langkah tegas memperketat selama 4 minggu. Rinciannya, pada awal PSBB 14 September, penambahan kasus positif mingguan berjumlah 7.746 kasus dan masih bertambah di minggu kedua mencapai 8.477 kasus.
Baca juga : Kementan Terus Dukung Ekspor SBW Lewat Syarat Sertifikat NKV
Pada grafiknya juga terlihat penurunan pada minggu ketiga PSBB ketat, yaitu 8.409 kasus. Penurunan ini bertahan selama 4 minggu hingga akhirnya meningkat lagi pada 2 November 2020 hingga saat ini.
"Kita dapat menarik pembelajaran yang penting, bahwa dampak dari intervensi yang dilakukan baru akan muncul pada minggu ketiga pelaksanan intevensi tersebut. Sedangkan, dampak kejadian yang memicu penularan seperti libur panjang, lebih cepat yaitu dalam 7 - 10 hari saja," jelas Wiku.
Untuk itu dibutuhkan kedewasaan dan rasa tanggung jawab dari masyarakat untuk melakukan perubahan perilaku.
Baca juga : Terima Pengurus Maserati, Bamsoet Dukung Kegiatan Bantuan Hukum Gratis
"Apabila kita semua belum mampu belajar dan menumbuhkan rasa tanggung jawab, maka seperti yang tampak pada grafik, penurunan kasus hanya akan terjadi sesaat. Dan hal ini akan terjadi lagi setelah pembatasan kegiatan berakhir," tegas Wiku. [FIK]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya